Berita Internasional

Demo Pecah di AS, Demonstran Serbu 1.600 Titik Lokasi Tolak Kontroversi Presiden Donald Trump

AS diguncang gelombang protes nasional dengan lebih dari 1.600 lokasi diserbu demonstran yang menolak kebijakan kontroversial Donald Trump.

Editor: Nurul Hayati
Facebook The White House
TRUMP DI GEDUNG PUTIH - Foto diambil dari Facebook The White House, Sabtu (21/6/2025), memperlihatkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam postingan yang diunggah pada Jumat (20/6/2025). 

Demo di gelar bukan tanpa alasan.

Lisa Gilbert, Presiden Public Citizen, menyebut situasi politik saat ini sebagai momen yang paling mengkhawatirkan dalam sejarah modern Amerika.

Ketegangan meningkat awal bulan ini ketika otoritas federal melakukan penggerebekan besar-besaran di dua perkebunan ganja di California Selatan, yang menyebabkan seorang pekerja tewas setelah jatuh dari atap rumah kaca.

 "Kita menghadapi meningkatnya otoritarianisme dan pelanggaran hukum dalam pemerintahan kita. Hak-hak dasar, kebebasan, dan demokrasi sedang dipertaruhkan," ujarnya dalam konferensi pers daring, Selasa lalu.

Aksi nasional Good Trouble Lives On ini menegaskan bahwa meski menghadapi tekanan dari pemerintah pusat.

Baca juga: 18 Ribu Warga Suriah Mengungsi, RS Tak Mampu Tampung 600 Korban Luka-luka Akibat Serangan Israel

Suara masyarakat sipil tetap nyaring menyuarakan penolakan terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil dan mengancam prinsip demokrasi.

“Ini bukan sekadar protes. Ini adalah panggilan untuk meneruskan perjuangan Lewis, untuk menebus jiwa Amerika seperti yang ia katakan,” kata Betty Magness dari League of Women Voters Chicago, salah satu penyelenggara aksi.

Aksi Demo Bukan Kali Pertama
Penolakan terhadap Trump dalam masa jabatan keduanya bukan yang pertama kali digelar masyarakat AS.

Awal bulan ini, para demonstran terlibat dalam kebuntuan yang menegangkan, ketika otoritas federal melakukan penangkapan massal di dua perkebunan ganja di California Selatan.

Kecaman terhadap gaya kepemimpinan Trump juga terlihat dalam aksi "No Kings" pada 14 Juni lalu.

 Ketika jutaan orang turun ke jalan menyuarakan bahwa Amerika menolak segala bentuk pemerintahan otoriter yang memusatkan kekuasaan pada satu orang.

Dalam aksi Kamis ini, warga tidak hanya turun dengan poster dan orasi.

Di Chicago, demonstran juga menggelar acara menyalakan lilin untuk mengenang John Lewis anggota Kongres yang meninggal dunia pada 2020 dan dikenal sebagai pejuang hak-hak sipil yang memimpin pawai legendaris “Bloody Sunday” di Selma, Alabama.

Jika ditarik benang merahnya, protes yang terjadi selama masa jabatan kedua Trump tidak hanya menjadi kelanjutan dari perlawanan sebelumnya, tapi juga mencerminkan meningkatnya kecemasan publik terhadap arah demokrasi di bawah kepemimpinannya.

Dengan semakin terbukanya wacana soal potensi penyalahgunaan kekuasaan, serta meningkatnya tekanan terhadap kelompok-kelompok rentan, masyarakat sipil AS tampaknya bersatu untuk kembali bersuara lantang mengingatkan bahwa mereka belum siap menyerah terhadap otoritarianisme.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Demo Guncang AS: 1.600 Lokasi Diserbu Demonstran, Serukan Perlawanan Atas Kebijakan Trump, 

Baca juga: Gempa Berkekuatan 7,3 SR Guncang Alaska, Warga Lihat Air Laut Surut hingga Peringatan Tsunami Muncul

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved