Banda Aceh
Kunjungi Kebun Mint di Banda Aceh, Ketua DPRK Ajak Warga Urban Farming untuk Ketahanan Pangan
Teguh Budi Santoso memang tidak ada latar belakang pertanian, tapi lewat tangan cekatan si sarjana ilmu akutansi ini, beragam tumbuhan...
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Eddy Fitriadi
Dalam kunjungan itu, Irwansyah juga memborong minuman cincau hijau yang diproduksi oleh Teguh, dari bahan dasar sendiri, dan diolah menjadi minuman segar siap saji.
Teguh Budi Santoso memang tidak ada latar belakang pertanian, tapi lewat tangan cekatan si sarjana ilmu akutansi ini, beragam tumbuhan tumbuh subur.
Lahan dengan luas sekitar 500-an meter di Lorong Seulanga, Jalan Merak, Neusu Aceh adalah milik orang tuanya. Dulu berupa semak-semak, lalu diubah jadi kebun.
Teguh menjelaskan, ia mulai berkebun pada 2017 silam setelah ia resign dari sebuah perusahaan swasta. Saat itu ia langsung fokus untuk tanaman mint, karena belum ada yang menanam di Banda Aceh. Apalagi minuman kekinian di café-café dan coffeshop, seperti squash, blue ocean dan mojito membutuhkan daun mint.
Katanya, saat ini ia mampu menghasilkan sekitar 3 kilogram daun mint dalam sehari, dengan harga per kg Rp 170 ribu. Daun itu ada yang dijual ke grocery atau pembeli datang langsung ke kebunnya.
Dari hasil urban farming itu, Teguh sudah meraih omzet Rp 1 juta hingga 500 ribu dalam sehari. “Dengan omzet sekarang, kebun ini sudah jadi mata pencaharian lah,” ujarnya.
Dari kisah Teguh dapat menginspirasi, siapa yang bersungguh-sungguh dan yakin, maka akan menuai hasil.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.