Berita Internasional
Sungai Eufrat Mengering, Warga Suriah Dilanda 'Demam Emas' hingga Dikaitkan dengan Tanda Kiamat
Banyaknya warga desa yang sangat antusias menggali tepian Sungai Eufrat membuat suasana berubah menjadi “demam emas”.
Dilansir dari Shafaq News, Jumat (1/8/2025), banyaknya warga desa yang sangat antusias menggali tepian Sungai Eufrat membuat suasana berubah menjadi “demam emas”.
SERAMBINEWS.COM - Sungai Efrat merupakan sungai terpanjang di Asia barat daya, yang membentang dari Turkiye, dan melintasi Suriah serta Irak.
Bersama Tigris, keduanya merupakan sistem sungai terbesar dan terpenting di Timur Tengah.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, debit airnya terus menurun akibat pembangunan bendungan di Turkiye, sengketa hak air lintas negara, dan kondisi kekeringan yang memburuk.
Dulunya, sungai ini merupakan bagian dari wilayah Mesopotamia, yang secara historis dikenal sebagai "tempat lahirnya peradaban manusia".
Kini, sungai Eufrat mengering dan menghebohkan warga Suriah.
Puluhan warga di pedesaan Raqqa, Suriah, berbondong-bondong menggali tanah di tepi sungai Eufrat, berharap menemukan emas.
Fenomena ini muncul setelah air sungai tersebut menyusut dan menampakkan gundukan tanah yang berkilau.
Baca juga: Suriah Bersihkan Pejuang dari Kota Druze, Suwayda, Presiden Umumkan Gencatan Senjata
Dilansir dari Shafaq News, Jumat (1/8/2025), banyaknya warga desa yang sangat antusias menggali tepian Sungai Eufrat membuat suasana berubah menjadi “demam emas”.
Mereka bergegas ke lokasi dengan membawa sekop dan peralatan lainnya.
Sebagian warga bahkan membangun tenda di sepanjang bantaran sungai untuk menggali siang dan malam.
Maraknya aktivitas ini membuat harga peralatan bekas untuk menambang emas meroket, sementara di desa-desa sekitar, calo dan pedagang peralatan muncul untuk memanfaatkan peluang.
Penjelasan Ahli Geologi
Respons ahli geologi Ahli geologi Khaled al-Shammari mengingatkan masyarakat agar tidak terburu-buru menyimpulkan bahwa gundukan tanah di tepian Sungai Eufrat yang menyusut merupakan emas.
Ia menjelaskan, sedimen mineral memang umum ditemukan di sepanjang Eufrat karena aliran sungai ini melewati wilayah kaya mineral.
“Hanya analisis geologi yang rinci yang bisa memastikan apakah gundukan tanah itu benar mengandung emas atau mineral berharga lainnya,” ujarnya kepada Shafaq News.
Setelah ditelusuri, unsur yang dianggap oleh warga Suriah sebagai emas ternyata merupakan pirit atau kerap disebut sebagai “emas palsu”—mineral sulfida yang paling umum dijumpai pada batubara.
Pirit seringkali digunakan dalam industri pembuatan asam sulfat dan dapat menghantarkan listrik.
Meski demikian, peringatan ilmiah itu tidak mengurangi antusiasme warga.
Hingga kini, tak ada pemerintah atau otoritas setempat yang turun tangan memberi aturan atau pengawasan terhadap penggalian tersebut.
Tanda Kiamat
Bagi sebagian warga Raqqa, peristiwa menyusutnya air di Sungai Eufrat juga memiliki makna religius.
Fenomena ini kembali dikaitkan dengan perkataan Nabi Muhammad — Rasul Umat Islam — yang menyebut, “Kiamat tidak akan terjadi sebelum Sungai Eufrat surut dan menyingkap sebuah gunung emas, yang akan menjadi perebutan manusia.”
Ulama Islam Asaad al-Hamdani, dalam pernyataannya kepada Shafaq News, membenarkan keaslian hadits tersebut, tetapi mengingatkan agar tidak gegabah mengaitkan kejadian saat ini sebagai tanda kiamat.
“Narasi seperti ini memerlukan pemahaman keilmuan mendalam, apalagi jika hendak diaplikasikan pada peristiwa yang sedang berlangsung,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sungai Eufrat Mengering, Warga Suriah Berbondong-bondong Temukan Emas",
Bukan Sekedar Demo Gen Z, Pakar India Sinyalir Ada Campur Tangan AS di Balik Penggulingan Rezim |
![]() |
---|
Tragedi di Nigeria, Bus Rombongan Pengantin Jatuh ke Sungai, 19 Tewas, Dominan Perempuan & Anak-anak |
![]() |
---|
Cadas! Demo Fenomenal di Nepal Ternyata Dipicu Pidato Seorang Siswa SMA |
![]() |
---|
Warga Aceh Meninggal di Pesawat saat Pulang Umrah, Jenazah Tertahan di Malaysia |
![]() |
---|
4 Warga Aceh Disekap di Myanmar, Haji Uma Surati Kemenlu dan Koordinasi dengan KBRI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.