Berita Banda Aceh
Bedah Buku “Jalan Reintegrasi Gerilyawan GAM”, Ketua BRA Tekankan Pentingnya Pendidikan
buku tersebut memuat kisah yang diharapkan dapat memotivasi mantan gerilyawan GAM untuk terus belajar dan berperan aktif dalam menjaga perdamaian
Penulis: Rianza Alfandi | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Rianza Alfandi | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA), Jamaluddin, menekankan pentingnya pendidikan formal maupun nonformal bagi mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Hal ini disampaikannya di sela-sela kegiatan bedah buku “Jalan Reintegrasi Gerilyawan GAM: Menuju Dua Dekade Damai Aceh” di Moot Court, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Sabtu (9/8/2025).
“Pendidikan ini bukan berarti dia harus menjadi seorang profesor, doktor atau lainnya. Tapi ini membentuk intelektual bagaimana harapan memajukan anak bangsanya di kemudian hari,” ujar Jamaluddin.
Ia menjelaskan, buku tersebut memuat kisah yang diharapkan dapat memotivasi mantan gerilyawan GAM untuk terus belajar dan berperan aktif dalam menjaga perdamaian.
Selain itu, buku ini juga memuat bagaimana proses membuka ruang penyelesaian konflik secara damai, berkelanjutan, dan bermartabat.
Baca juga: Prabowo Singgung Konflik Aceh dan Mualem di SPIEF 2025: Saya Jadi Presiden, Ex Panglima GAM Gubernur
Menurutnya, konflik di Aceh bermula dari perbedaan pikiran yang dipicu ketidakadilan, ketidakmakmuran, dan hilangnya budaya.
“Damai lahir karena sebelumnya ada perang, dan perang itu lahir dari persinggungan masa lalu,” katanya.
Jamaluddin mengungkapkan, penulisan buku ini telah dimulai sejak 10 tahun lalu, termasuk saat dirinya berada di Amerika Serikat.
“Saya menulis sedikit demi sedikit. Baru kali ini mendapatkan kesempatan untuk membedahnya, bertepatan saat saya menjabat Ketua BRA,” ungkapnya.
Ia berharal buku “Jalan Reintegrasi Gerilyawan GAM” ini menjadi referensi bagi generasi mendatang tentang perjalanan Aceh dari konflik menuju perdamaian dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca juga: Dua Dekade Damai Aceh dalam Sorotan Film Dokumenter, Ini Jadwal dan Lokasi Pemutaran Film
“Buku ini adalah semata-mata untuk menjadi referensi kepada teman-teman di kemudian hari.
Bahwa Aceh itu adanya konflik, adanya damai, adanya penyelesaian konflik dalam bingkai negara kesatuan, ini yang ingin kita takwirkan dalam buku ini,” ungkapnya.
Pendidikan ujung tombak
Sementara itu, salah satu akademisi hukum dalam diskusi bedah buku tersebut, Basri Efendi, juga menekankan bahwa reintegrasi gerilyawan GAM membutuhkan pendidikan sebagai pondasi yang kokoh.
“Jadi kalau kita mau merubah suatu kaum, maka mulailah dari pendidikan. Karena di tempat lain pendidikan menjadi ujung tombak. Sehingga kunci reintegrasi harus berbasi nilai pada nilai pendidikan,” ujarnya.
“Kita harus apresiasi kepada Jamaluddin yang begitu semangat dalam hal literasi. Saya pikir kalau kata orang bijak itu, satu kata lebih baik dari seribu ingatan. Karena satu buku ini bisa jadi legasi bagi generasi penerusnya,” pungkasnya.
Baca juga: UIN Ar-Raniry dan BRA Bedah Buku “Dua Dekade Damai Aceh”, Perjalanan 20 Tahun Perdamaian Aceh
Ini Sosok Abu Paya Pasi, Ulama Aceh yang Ditunjuk Jadi Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman |
![]() |
---|
Pengurus PW ISNU Aceh Periode 2025-2029 Dilantik, Tekankan Sinergi Ormas dan Pemerintah |
![]() |
---|
40 Mahasiswa Unida KKM ke Luar Negeri, 10 di Antaranya dari Kampus Alam Lamteuba |
![]() |
---|
Panglima Yatim Berkunjung ke Akademi Militer Magelang Jawa Tengah |
![]() |
---|
Dua Dekade Damai Aceh dalam Sorotan Film Dokumenter, Ini Jadwal dan Lokasi Pemutaran Film |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.