Breaking News

20 Tahun Damai Aceh

Dua Dekade Damai: Zikir dan Doa Bersama di Jantung Bireuen

Tausiah yang disampaikan Dr. Nazaruddin pun menekankan pentingnya menjadikan perdamaian sebagai landasan iman dan takwa. 

|
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/YUSMANDIN IDRIS
20 TAHUN DAMAI - Para siswa dan berbagai kalangan di Bireuen, mengikuti zikir dan doa bersama peringatan 20 tahun damai Aceh, di masjid Agung Sultan Jeumpa, Bireuen, Kamis (14/8/2025). 

Laporan Yusmandin Idris | Bireuen

SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Masjid Agung Sultan Jeumpa, Kamis (14/8/2025) pagi itu, bukan sekadar tempat ibadah. 

Ia menjelma menjadi ruang refleksi sejarah, harapan, dan syukur. 

Ratusan warga Bireuen, dari pejabat hingga murid TK, berkumpul dalam satu suara: mengenang 20 tahun perdamaian Aceh.

Damai, Dirayakan dan Dijaga

Tanggal 15 Agustus 2025 menjadi salah satu tanggal bersejarah bagi rakyat Aceh.

Pada tanggal itu lah, dua kekuatan bersenjata yang telah berseteru selama 30 tahun, menandatangani sebuah kesepahaman bersama atau memorandum of understanding (MoU), untuk mengakhiri perseteruan mereka. 

MoU itu ditandatangani di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005, oleh pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan perwakilan Pemerintah Republik Indonesia. 

Semenjak itu, konflik bersenjata yang telah merenggut puluhan ribu nyawa di Aceh, mulai mereda.

Para petinggi dan kombatan GAM merelakan pelucutan senjata mereka, dan mengubah perjuangan ke arah baru, yaitu melalui jalur politik.

Momen bersejarah di Helsinki itu, diperingati secara khidmat di seluruh Aceh, setiap tahunnya.

Tahun ini adalah peringatan ke-20 penandatanganan MoU Helsinki. 

Momen ini diperingati dan dirayakan lebih dari tahun-tahun sebelumnya. 

Berkaca pada perjalanan sejarah Aceh pasca runtuhnya Kesultanan Aceh Darusssalam, damai yang telah bertahan selama dua puluh tahun ini, merupakan sebuah kesuksesan yang luar biasa dan patut disyukuri.

Peringatan hari damai Aceh ini bukan hanya perlu diperingati dan dirayakan, tapi juga harus selalu dijaga. 

Baca juga: Usulan PPPK Paruh Waktu, BKPSDM Bireuen Minta SKPK Kirim Data Honorer R2, R3, R4 

Mengenang Sejarah, Menyemai Masa Depan

Kembali ke Bireuen, sebagai salah satu pusat konflik Aceh pada masa lalu, peringatan hari damai Aceh tahun 2025, dilaksakan oleh Pemkab Bireuen melalui Dinas Syariat Islam.

Sejak pukul 08.00 WIB, Masjid Agung Sultan Jeumpa dipadati oleh berbagai lapisan masyarakat: ASN, Forkopimda, santri, siswa, tokoh agama, hingga kaum ibu. 

Mereka datang bukan sekedar menghadiri acara, namun ikut larut dalam zikir, doa bersama, dan tausiah yang disampaikan oleh Rektor Universitas Islam Aceh, Dr. Nazaruddin Abdullah, MA.

Bupati Bireuen H. Mukhlis ST menegaskan bahwa MoU Helsinki bukan hanya dokumen diplomatik, tetapi sejarah yang membawa perubahan nyata bagi Aceh. 

“Perjanjian ini adalah hasil dari proses negosiasi panjang yang dipimpin oleh mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari. Ia membawa harapan baru, bukan hanya dalam perdamaian, tapi juga pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.

Mukhlis juga mengajak generasi muda untuk tidak melupakan sejarah. 

“Kalian adalah generasi yang lahir dan tumbuh dalam suasana damai. Tapi jangan pernah melupakan masa lalu. Jadilah penjaga masa depan, dengan ide-ide segar untuk membangun Aceh yang lebih baik.”

Dari konflik ke kolaborasi

Kepala Dinas Syariat Islam Bireuen, Dr. Jufliwan SH MM, menyebut peringatan ini sebagai bentuk edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga perdamaian. 

“Kita ingin masyarakat memahami nilai-nilai MoU Helsinki, serta tantangan dan pencapaian dalam implementasinya. Ini bukan hanya soal masa lalu, tapi juga masa depan Aceh.”

Tausiah yang disampaikan Dr. Nazaruddin pun menekankan pentingnya menjadikan perdamaian sebagai landasan iman dan takwa. 

“Damai bukan hanya kondisi sosial, tapi juga spiritual. Mari jadikan momentum ini untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT dan sesama manusia.”

Baca juga: VIDEO - Bupati Bireuen Pimpin Rapat Finalisasi Dokumen Aset Daerah

Damai Itu Nyata, Damai Itu Kita

Dua puluh tahun bukan waktu yang singkat. 

Ia adalah bukti bahwa perdamaian bisa tumbuh, jika dijaga bersama. 

Dari zikir yang menggema di masjid, dari doa yang dipanjatkan oleh anak-anak hingga pejabat, Bireuen menunjukkan bahwa damai bukan hanya kenangan. 

Ia adalah komitmen, harapan, dan warisan yang harus terus dijaga.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved