HUT RI
Safaruddin Sebut Nama Pahlawan Teungku Peukan & Teuku Ben Mahmud Saat Hening Cipta HUT Ke-80 RI
Lantas siapa Teungku Peukan dan Teuku Ben Mahmud yang disebut Bupati Safaruddin saat hendak heningkan cipta?
Penulis: Masrian Mizani | Editor: Ansari Hasyim
Dalam buku Qanun Meukuta Alam menyebutkan bahwa gelar Bentara adalah salah satu pangkat yang membantu Sultan di bidang militer. Jika dalam struktur angkatan bersenjata saat ini, Bentara setara dengan pangkat kolonel.
Menariknya, penunjukkan Teuku Ben Mahmud sebagai Uleebalang (kepala daerah tingkat Kabupaten) di usia 22 tahun oleh Sultan Aceh.
Meskipun di dalam Qanun Meukuta Alam disebutkan bahwa syarat menjadi seorang pemimpin harus berusia 40 tahun, menunjukkan adanya pengecualian yang signifikan bagi Teuku Ben Mahmud.
Pengecualian ini membuktikan bahwa Teuku Ben Mahmud memiliki potensi luar biasa yang diakui Sultan Aceh dan masyarakatnya.
Bahkan dalam sistem yang biasanya mengutamakan kestabilan emosional dan kematangan usia, justru kemampuannya diakui sebagai hal yang penting dalam memimpin.
Maka sultan Aceh, sebagai pemimpin bijaksana, tentu tidak sembarangan memberikan kepercayaan kepada seseorang untuk memimpin suatu wilayah.
Pada situasi sulit akibat kedatangan Belanda ke Aceh pada tahun 1873, Teuku Ben Mahmud justru menunjukkan sikap perlawanannya yang pantang menyerah dalam menghadapi penjajahan.
Ia tidak pernah tunduk pada kekuasaan Belanda, meskipun posisinya sebagai Uleebalang bisa saja memberinya keuntungan dalam situasi yang sulit.
Keberanian dan keteguhan hatinya dalam melawan penjajah telah menjadi inspirasi bagi penerusnya terutama bagi pahlawan di Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan seperti Teuku Cut Ali, Teuku Raja Angkasah, Teungku Peukan, Panglima Raja Lelo, dan lainnya.
Dalam buku “Teuku Bentara Mahmud Setia Radja; Pahlawan Besar Perang Aceh” menyebutkan bahwa Teuku Ben Mahmud dikenal sebagai sosok heroik yang sangat berpengaruh dan dihormati oleh para pejuang Aceh, namun dicap radikal oleh militer Belanda karena menganggap daerah yang dipimpinnya sangat menakutkan.
Perlawanannya tidak hanya terjadi di Blangpidie, tetapi juga meluas hingga ke Seunagan, Hulu Singkil, Tanah Gayo, Alas, dan Tanah Batak membantu perjuangan Sisingamangaraja XII dan Sultan Aceh di Keumala.
Selama lebih dari sepuluh tahun, Teuku Ben Mahmud memimpin perlawanan terhadap Belanda, yang membuat mereka kesulitan menghadapi serangan dari pasukannya yang dikenal dengan sebutan “Klewang”, bahkan Belanda memberi julukan kepada Teuku Ben Mahmud sebagai “Gerilyawan Berkaliber Internasional”.
Teuku Ben Mahmud adalah tokoh yang sudah lama menjadi target operasi Belanda. Hal ini dibuktikan dalam makalahnya Said Abu Bakar bahwa pada tahun 1900, Teuku Ben Mahmud menolak memberikan pengakuan tunduk terhadap Belanda.
Perihal ini juga diperkuat dalam bukunya Drs M Thamrin Z, bahwa Teuku Ben Mahmud sendiri sangat anti pada Raja-Raja kecil yang menerima baik kedatangan Belanda dan menandatangani Korte Verklaring.
Teuku Ben Mahmud turun gunung akibat adanya beberapa orang pengkhianat yang memberitahukan tempat persembunyian anak, istri dan cucunya. Sehingga Belanda mengambil keluarga Teuku Ben Mahmud sebagai sandera.
Daftar 25 Resto yang Adakan Promo Kemerdekaan 2025, Ada Mie Gacoan, Marugame Udon, Hingga Pizza Hut |
![]() |
---|
Kapolres Nagan Raya Bagikan Bendera Merah Putih ke Pengendara Sambut HUT RI |
![]() |
---|
Lanal Sabang Mantapkan Fisik dan Mental Paskibraka Jelang HUT RI Ke-80 |
![]() |
---|
BPIP Tetapkan 30 Pelajar Anggota Paskibraka Sabang 2025 |
![]() |
---|
Momen Danrem Lilawangsa Ikut Lomba Tarik Tambang Sampai Terjungkal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.