Berita Viral

7 Fakta Kasus Raya, 1 Kg Cacing Dikeluarkan Dari Tubuh Sebelum Meninggal, Infeksinya Hingga ke Otak

Parasit tersebut bahkan telah menyebar hingga ke organ vital seperti paru-paru dan otak hingga membuat bocah malang itu tidak sadarkan diri.

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Ansari Hasyim
Ig @rumah_teduh_sahabat_iin
BOCAH MENINGGAL - Berikut fakta-fakta kasus meninggalnya balita asal Sukabumi bernama Raya akibat mengalami infeksi cacing parah. 

SERAMBINEWS.COM - Kisah memilukan dialami oleh bocah 4 tahun asal Sukabumi, Jawa Barat bernama Raya.

Bocah tersebut meninggal dunia akibat infeksi cacing gelang atau Ascariasis.

Infeksi cacing yang dialami Raya cukup langka dan berbeda dari ascariasis yang umum terjadi pada anak-anak.

Cacing gelang tersebut sudah memenuhi seluruh tubuh bocah tersebut, jumlahnya sudah ribuan.

Parasit tersebut bahkan telah menyebar hingga ke organ vital seperti paru-paru dan otak hingga membuat bocah malang itu tidak sadarkan diri.

Setelah berjuang 9 hari menjalani perawatan di rumah sakit, Raya akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.

Kasus meninggalnya Raya akibat infeksi cacing ini pun mendadak menjadi sorotan publik.

Berikut sejumlah fakta mengenai kasus bocah Raya yang meninggal dunia akibat mengalami infeksi cacing parah.

Baca juga: RS Buka Suara Kasus Raya, Bocah yang Meninggal Dipenuhi Ribuan Cacing, Ini Kondisinya Saat Ditangani

1. Meninggal akibat infeksi cacing parah

Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB, setelah berjuang melawan infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) yang menyebabkan komplikasi fatal.

Menurut Ketua Tim Penanganan RSUD R. Syamsudin, Dokter Irfan Nugraha, infeksi cacing pada anak-anak sebenarnya sering terjadi, namun kasus Raya berbeda.

Kondisinya sangat parah karena terlambatnya penanganan, membuat cacing tidak hanya bersarang di saluran pencernaan tetapi sudah menyebar ke organ vital lain.

"Infeksi sudah menyebar ke paru-paru dan otak. Cacing ditemukan keluar dari hidung, artinya dia sudah mencapai saluran napas atau pencernaan bagian atas." jelas dr Irfan, Rabu (20/8/2025), dilansir dari Tribun Jabar.

2. Diungkap oleh tim relawan

Kisah tragis Raya pertama kali diunggah oleh yayasan Rumah Teduh Sahabat Iin pada 16 Agustus 2025.

Video yang mereka bagikan menunjukkan perjuangan Raya melawan penyakitnya.

Termasuk momen-momen mengerikan saat cacing-cacing keluar dari hidung dan anusnya. 

Tim relawan juga mengungkapkan latar belakang Raya yang diduga menjadi penyebab bocah malang tersebut bisa terkena infeksi cacing hingga parah.

Raya diketahui berasal dari keluarga dhuafa di sebuah desa terpencil.

Ibunya menderita gangguan jiwa. Sementara sang ayah disebut menderita TBC.

Raya dibesarkan di lingkungan yang sangat tidak layak.

Disebutkan, bahwa Raya kerap bermain di bawah rumah panggungnya yang langsung beralaskan tanah.

Kondisi ini yang diduga menjadi penyebab bocah malang tersebut bisa menderita infeksi cacing.

Unggahan kasus Raya dan fakta-fakta dibaliknya yang diungkap oleh Yayasan Rumah Teduh Sahabat Iin ini sontak menarik perhatian jutaan warganet hingga viral di media sosial.

Baca juga: Kisah Raya Bocah Sukabumi Bikin Heboh Medsos, Meninggal Usai Cacingan, Apa Itu Penyakit Askariasis?

3. Sempat koma dan dilarikan ke rumah sakit

Raya dievakuasi oleh tim relawan pada 13 Juli 2025 dalam keadaan sudah tidak sadarkan diri.

Ia segera dilarikan ke RSUD R. Syamsudin di Kota Sukabumi.

Awalnya, tim medis menduga ketidaksadarannya disebabkan oleh komplikasi infeksi TBC, karena ada riwayat TBC pada salah satu orang tuanya.

Namun, setelah observasi, dugaan tersebut berubah ketika cacing mulai keluar dari hidungnya, menandakan bahwa infeksi cacing sudah sangat parah.

"Tapi diobservasi sekian lama di IGD itu keluar cacing dari hidungnya. Di sini kita menduga berarti kemungkinan tidak sadarnya ada dua antara ada faktor resiko tertular dari TBC nya, ada faktor juga karena infeksi cacingnya," jelas Ketua Tim Penanganan RSUD R. Syamsudin, Dokter Irfan Nugraha, dilansir dari Tribun Jabar.

4. Kondisi Raya selama dirawat di RS

Dokter Irfan Nugraha juga menjelaskan terakit kondisi bocah 4 tahun tersebut saat pertama sekali tiba di rumah sakit.

Menurut Irfan, saat Raya tiba di rumah sakit, kondisi vitalnya sudah tidak stabil. 

Pihak rumah sakit segera melakukan penanganan awal. 

Tanda vitalnya sempat membaik, namun kesadarannya tidak kunjung pulih. 

"Kondisinya lebih stabil secara tensi tapi kesadarannya masih (belum). Setelah itu Raya dirawat di Picu setelah dikonsultasikan ke spesialis anak," ujar Irfan.

Selama sembilan hari dirawat di ruang PICU, cacing-cacing terus keluar dari tubuhnya, menunjukkan betapa masifnya infeksi tersebut.

"Jumlah cacing dalam saluran pencernaannya sangat banyak," ungkap Irfan.

Baca juga: Kisah Raya, Bocah 3 Tahun Perutnya Dipenuhi Ribuan Cacing Gelang, Ibunya ODGJ, Hidup di Kandang Ayam

5. Berjuang tanpa BPJS

Dalam unggahan mereka, tim relawan mengungkapkan beberapa fakta saat mereka mendampingi Raya untuk mendapatkan perawatan medis.

Di tengah kondisi kritis Raya, relawan harus menghadapi birokrasi yang cukup rumit.

Hal itu dikarenakan Raya tidak memiliki kartu identitas maupun BPJS. 

Mereka hanya diberi waktu 3x24 jam untuk mengurus administrasi.

Perjuangan mengurus berkas ini membuat relawan harus berpindah-pindah dari dinas sosial, dinas kesehatan kota, hingga kabupaten.

Bahkan mereka sempat disarankan untuk memindahkan Raya ke rumah sakit dengan fasilitas lebih kecil.

Perjuangan tim relawan mendapatkan fasilitas kesehatan BPJS untuk Raya sia-sia, karena mereka tidak mampu mengejar target waktu yang diberikan.

Pihak rumah sakit akhirnya menetapkan Raya sebagai pasien dengan pembayaran tunai.

Tim relawan pun akhirnya menggunakan dana terbatas mereka untuk membiayai seluruh perawatan Raya.

“Tagihan rumah sakit di hari ketiga sudah mencapai belasan juta rupiah. Saat Raya meninggal, jumlahnya hampir Rp23 juta,” ungkap relawan dalam video yang viral itu.

Dalam unggahannya, tim relawan sempat menyatakan kekecewaan mereka terhadap sistem birokrasi layanan kesehatan.

6. Penjelasan Kepala Desa 

Setelah kisahnya viral, belakangan diketahui bahwa Raya tinggal di Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi.

Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi juga telah angkat suara perihal kasus yang dialami oleh warganya tersebut.

Menurut penjelasan Wardi, kedua orangtua Raya diduga mengalami keterbelakangan mental, sehingga hanya mampu merawat anaknya sebisanya.

“Kedua orangtuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anaknya kurang, tidak tahu persis bagaimana kondisi anaknya,” kata Wardi kepada awak media di RSUD Sekarwangi Cibadak, Selasa (19/8/2025), dikutip dari Kompas.com.

Sebelum kondisinya memburuk, Raya sering hidup dalam keadaan tidak sehat, seperti bermain di bawah kolong rumah bersama ayam.

Wardi menyebut, Raya juga menderita demam dan penyakit paru-paru, namun terkendala administrasi karena keluarga tidak memiliki Kartu Keluarga (KK) dan BPJS.

Baca juga: Viral Balita Meninggal Usai Perutnya Dipenuhi Ribuan Cacing, Dedi Mulyadi Murka: Dana Desa Ditunda!

“Cuma setelah penyakitnya makin parah, kemudian ada salah satu keluarga yang kenal dengan rumah teduh (filantropi) laporan, langsung dijemput pakai ambulans. Pemerintah desa sudah tahunya sampai situ. Tapi sebelum dibawa (rumah teduh), Raya ini sering keluar masuk klinik dan puskesmas,” tutur Wardi.

Raya kemudian dirawat selama sembilan hari dengan bantuan filantropi, tapi meninggal dunia pada 22 Juli 2025.

“Iya sering kita kontrol, kalau ada rezeki juga sedikit kita suka kasih, kan orangtuanya gak bisa kerja juga. Tapi yang namanya penyakit juga kan kita enggak tahu. Raya dan kakaknya ini tidak seperti ortunya (mengalami keterbelakangan mental),” ujar Wardi. 

7. Respon Dedi Mulyadi

Kasus yang dialami Raya juga sudah sampai ke telinga Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Ia menyebut telah mengirimkan tim untuk memberikan perawatan bagi keluarga Raya.

Selain itu, ia juga akan menjatuhkan sanksi tegas kepada Desa Cianaga berupa penundaan pencairan dana desa.

“Saya memutuskan terhadap desa itu memberikan hukuman. Saya tunda bantuan desanya karena desanya tak mampu urus warganya,” ujar Dedi saat pidato di Rapat Paripurna DPRD Jabar, Selasa (19/8/2025), dikutip dari Kompas TV.

Dedi menilai, perangkat desa hingga RT lalai dan gagal mengurus warganya.

“Hari ini kita punya derita seorang anak berumur tiga tahun dari Kabupaten Sukabumi pada sebuah kampung terpencil, ibunya ODGJ, bapaknya mengalami TBC. Anak itu tiap hari di kolong. Dia meninggal di rumah sakit dalam keadaan seluruh cacing keluar dari hidungnya,” kata Dedi.

Ia menegaskan, kasus ini menunjukkan lemahnya empati birokrasi.

“Betapa kita gagap dan lalai. Perangkat birokrasi yang tersusun sampai tingkat RT ternyata tidak bisa membangun empati,” tegasnya.

(Serambinews.com/Yeni Hardika)

BACA BERITA LAINNYA DI SINI

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved