Breaking News

Perang Gaza

Hampir Sepekan Dibombardir Israel, Ribuan Warga Gaza Angkat Kaki

Zeitoun, yang dulunya dihuni sekitar 50.000 orang, kini hampir kosong setelah sebagian besar warganya kabur mencari perlindungan ke sekolah dan

|
Editor: Nurul Hayati
RNTV/TangkapLayar
KEHANCURAN TOTAL - Foto tangkap layar RNTV pada Senin (14/7/2025) yang menunjukkan kehancuran total di Jalur Gaza akibat bombardir Israel. Usai hampir sepekan dibombardir Israel, ribuan warga Gaza akhirnya angkat kaki mencari perlindungan. 

Zeitoun, yang dulunya dihuni sekitar 50.000 orang, kini hampir kosong setelah sebagian besar warganya kabur mencari perlindungan ke sekolah dan bangunan umum meski tanpa akses makanan maupun air bersih yang cukup.

SERAMBINEWS.COM - Situasi di Gaza saat ini sangat memprihatinkan.

Ribuan warga Palestina terpaksa mengungsi dari rumah mereka, akibat serangan udara dan ancaman serangan darat oleh militer Israel.

Pengungsian besar-besaran ini terjadi terutama di wilayah timur Kota Gaza, seperti Zeitoun, yang telah dibombardir selama enam hari berturut-turut.

Adapun alasan warga mengungsi yaitu ancaman serangan darat Israel yang diumumkan secara terbuka, termasuk rencana pendudukan penuh atas Kota Gaza.

Serangan udara dan artileri yang menghancurkan infrastruktur dan rumah-rumah warga.

Ketakutan akan eskalasi konflik yang lebih luas dan berbahaya.

Warga Gaza bergerak ke arah selatan, terutama ke Khan Younis dan Rafah, dua wilayah yang relatif lebih aman yang menjadi tujuan pengungsi.

Namun, kedua kota tersebut kini kelebihan kapasitas, dengan banyak pengungsi tidur di jalanan, lapangan terbuka, bahkan di reruntuhan bangunan.

Lebih dari 1,35 juta orang membutuhkan perlengkapan penampungan darurat.

WARGA GAZA KELAPARAN - Tangkapan layar YouTube ABS-CBN News diambil pada Rabu (6/8/2025) memperlihatkan warga Palestina di Khan Yunis sedang berdesakan untuk mendapatkan bantuan makanan pada 4 Agustus 2025. Pada 6 Agustus 2025, pemerintah Palestina melaporkan bahwa 20 warga Palestina tewas tertimpa truk bantuan yang terguling setelah tentara Israel memaksa truk tersebut unutk melewati rute yang berbahaya di Gaza.
WARGA GAZA KELAPARAN - Tangkapan layar YouTube ABS-CBN News diambil pada Rabu (6/8/2025) memperlihatkan warga Palestina di Khan Yunis sedang berdesakan untuk mendapatkan bantuan makanan pada 4 Agustus 2025. Pada 6 Agustus 2025, pemerintah Palestina melaporkan bahwa 20 warga Palestina tewas tertimpa truk bantuan yang terguling setelah tentara Israel memaksa truk tersebut unutk melewati rute yang berbahaya di Gaza. (Tangkapan layar YouTube ABS-CBN News)

Baca juga: Israel Rekrut Tentara Pembunuh di Gaza dari Komunitas Yahudi Luar Negeri

PBB mengecam Israel karena melarang masuknya bantuan tenda selama lebih dari 5 bulan, yang memperburuk kondisi pengungsi.

Banyak warga Gaza telah mengalami pengungsian berulang kali, kehkehilangan akses terhadap air bersih, makanan, dan layanan kesehatan.

Ribuan warga Palestina kembali mengungsi dari Kota Gaza setelah serangan udara dan artileri Israel menghantam sejumlah kawasan padat penduduk.

Termasuk di antaranya lingkungan Zeitoun, yang berada di selatan Kota Gaza, tidak jauh dari pusat kota, dan berbatasan dengan area lain yang juga padat penduduk.

Zeitoun, yang dulunya dihuni sekitar 50.000 orang, kini hampir kosong setelah sebagian besar warganya kabur mencari perlindungan ke sekolah dan bangunan umum meski tanpa akses makanan maupun air bersih yang cukup.

“Ledakan terus-menerus membuat kami tidak bisa tidur. Kami hanya mencoba bertahan hidup,” kata Ghassan Kashko (40), seorang warga yang berlindung di sekolah setempat, dikutip BBC International.

Pengungsian besar-besaran dari Zeitoun terjadi di tengah kondisi infrastruktur Kota Gaza yang telah rusak parah akibat perang.

Pemerintah kota mencatat 80 persen fasilitas publik hancur, sementara rumah sakit yang tersisa hanya beroperasi di bawah 20 persen kapasitas karena kekurangan obat dan perlengkapan medis.

Kondisi ini semakin diperparah lantaran militer Israel terus lancarkan serangan udara selama enam hari berturut-turut.

Buntut serangan ini pengungsi asal Zeitoun memilih bergerak lebih jauh ke Khan Younis dan Rafah.

Dua wilayah di selatan Gaza yang sejak lama menjadi tujuan utama pengungsian, menampung hampir 90 persen populasi yang telah kehilangan rumah.

Baca juga: Demo Pecah di Tel Aviv, Ratusan Ribu Warga Israel Tuntut Akhiri Perang Gaza

Pengungsi Gaza Selatan Hadapi Krisis

Namun karena kapasitas penampungan jauh dari cukup.

 Banyak keluarga tidur di jalanan, lapangan terbuka, bahkan di reruntuhan bangunan yang masih berdiri.

Ini lantaran kamp-kamp di sana sudah kelebihan kapasitas, membuat ribuan keluarga terpaksa tinggal di tenda darurat atau ruang terbuka.

Lonjakan jumlah pengungsi pendatang juga turut membuat kedua kota itu menghadapi krisis kemanusiaan serius dengan minimnya tenda, makanan, air bersih, dan layanan kesehatan.

“Khan Younis dan Rafah sudah sesak. Pengungsi dari Zeitoun datang setiap hari, dan kami tidak punya cukup tempat untuk menampung mereka,” ujar salah satu relawan setempat kepada AFP.

Bagi para pengungsi dari Zeitoun, tempat itu hanyalah persinggahan penuh ketidakpastian di tengah perang yang belum menunjukkan tanda akan berakhir.

Akan tetapi dengan kapasitas yang kian terbatas, Khan Younis dan Rafah kini menjadi simbol penderitaan warga Gaza.

 Israel Bersiap Kuasai Gaza
Adapun keputusan mereka meninggalkan rumah tidak hanya dipicu oleh serangan udara dan artileri Israel yang berlangsung terus-menerus.

Tetapi juga oleh ketakutan akan serangan darat setelah Israel mengumumkan rencana menguasai Kota Gaza.

Dalam keterangan resminya Militer Israel secara terbuka menyatakan akan memindahkan sekitar satu juta warga dari Kota Gaza ke wilayah selatan.

Israel beralasan langkah ini bertujuan melindungi warga sipil dari zona pertempuran.

Namun, organisasi hak asasi manusia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk pengusiran paksa.

Peringatan ini menjadi sinyal jelas bahwa Israel akan melancarkan pendudukan militer penuh di wilayah berpenduduk 2,3 juta warga Palestina.

Meski keputusan resmi menyebut pendudukan hanya akan difokuskan pada Kota Gaza pada tahap awal, analis militer menilai operasi ini akan meluas ke seluruh wilayah Jalur Gaza yang belum dikuasai Israel.

Dengan memberlakukan pendudukan penuh, pemerintah Israel berharap cara ini dapat mensterilkan Jalur Gaza dari cengkraman Hamas.

Sehingga tidak lagi menjadi basis kekuatan bersenjata yang mengancam keamanan nasional Israel.

Kendati Netanyahu menyebut langkah ini sebagai bentuk “migrasi sukarela” yang menurutnya akan memudahkan operasi militer Israel di Gaza tanpa resiko korban sipil, banyak pihak menilai kebijakan tersebut sejatinya adalah pengusiran paksa (forced displacement) yang melanggar hukum internasional.

Kelompok HAM internasional, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, menyatakan kebijakan ini adalah deportasi massal ilegal.

Ini karena pemindahan massal warga Gaza ke negara lain berpotensi menciptakan gelombang pengungsi baru dengan kondisi hidup yang tidak pasti.

Reaksi Internasional

Organisasi HAM seperti Amnesty International dan Human Rights Watch menyebut pemindahan massal ini sebagai bentuk pengusiran paksa yang melanggar hukum internasional.

 Seruan untuk gencatan senjata semakin menguat, termasuk dari mediator seperti Mesir dan Qatar.
Kondisi ini mencerminkan krisis kemanusiaan yang mendalam dan kompleks.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ribuan Warga Palestina Angkat Kaki dari Gaza, Cari Perlindungan Jelang Serangan Darat Israel, 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved