Berita Aceh Barat Daya

Petani Abdya Menjerit, Harga Gabah Diduga Dimonopoli Tengkulak

Ibrahim bin Abdul Jalil, mengatakan, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan harga beras di pasaran yang saat ini masih tinggi,

Penulis: Rianza Alfandi | Editor: Nur Nihayati
SERAMBINEWS.COM/RIANZA ALFANDI
HARGA GABAH ABDYA ANJLOK -- Ketua Kelompok Tani di Kecamatan Kuala Batee, Ibrahim, meminta Pemerintah Abdya memberi perhatian serius terhadap anjolknya harga gabah, Selasa (26/8/2025) 

Ibrahim bin Abdul Jalil, mengatakan, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan harga beras di pasaran yang saat ini masih tinggi,

Laporan Rianza Alfandi | Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM, ACEH BARAT DAYA – Petani di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) menghadapi situasi sulit.

Harga gabah hasil panen yang semula menyentuh Rp 8.300 per Kilogram (Kg), kini anjlok tajam menjadi Rp 6.300 per Kg.
   
Salah seorang Ketua Kelompok Tani di Kecamatan Kuala Batee, Ibrahim bin Abdul Jalil, mengatakan, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan harga beras di pasaran yang saat ini masih tinggi, bahkan cenderung semakin naik.

“Selama ini kami bekerja keras siang malam, tapi harga gabah justru dimonopoli.

Kami meminta perhatian serius pemerintah, khususnya DPRK Abdya, agar menertibkan tengkulak dan agen yang mempermainkan harga,” ujar Ibrahim, kepada Serambinews.com, Selasa (26/8/2025).

Baca juga: Enam Kecamatan di Pidie Panen Padi Perdana, Harga Gabah Rp 8.300 Per Kg

Ibrahim mengungkap, mayoritas masyarakat Abdya yang menggantungkan hidup dari sawah kini terjepit antara biaya produksi tinggi dan harga jual gabah yang ditekan oleh tengkulak serta pengusaha kilang padi.

Ia menilai, dugaan adanya permainan harga di tingkat tengkulak sangat merugikan petani kecil yang selama ini hanya berharap pada hasil panen untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

"Tentu kondisi ini sangat disayangkan, usaha dan kerja keras keringat petani selama 4 bulan menunggu panen terlewatkan dengan sia-sia," katanya.

Ia juga mengingatkan bahwa Presiden Prabowo Subianto bersama Menteri Pertanian telah menekankan pentingnya menghargai hasil panen petani demi meningkatkan kesejahteraan.

Karena itu, Ibrahim mendorong pemerintah daerah harus segera mengambil langkah nyata.

Menurutnya, pemerintah perlu membuat regulasi atau qanun yang mengikat, agar pengusaha dan agen tidak lagi mempermainkan harga.

“Kalau masih melanggar, cabut saja izin usaha mereka,” tegasnya.

Selain itu, Ibrahim mendorong Pemkab Abdya mendirikan pabrik pengolahan beras milik daerah di kawasan Kuala Batee–Babahrot.

Pabrik itu, katanya, bisa menjadi penampung gabah dengan harga wajar, sekaligus memproduksi beras dengan merek lokal.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved