Travelling
Orangutan, Gadis-Gadis Ayu dan Benang Emas Aceh Singkil
Suaka Margasatwa Rawa Singkil, merupakan habitat Orangutan (pongo abelii) terpadat di dunia.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Safriadi Syahbuddin
Laporan Dede Rosadi | Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Suaka Margasatwa Rawa Singkil, merupakan habitat Orangutan (pongo abelii) terpadat di dunia.
Terpadat di dunia lantaran populasinya mencapai 3 sampai 4 ekor per 1 kilometer persegi (Km⊃2;).
"Suaka Margasatwa Rawa Singkil, habitat orangutan terpadat di dunia, berdasarkan hasil survei yang dilakukan akhir 2024 sampai awal 2025 populasinya 3-4 ekor per Km⊃2;," kata Muriadi dari Yayasan Ekosistem Lestari saat peringatan Hari Orangutan Sedunia di Singkil, Selasa (26/8/2025).
Baca juga: Sahabat Leuser Tapaktuan Peringati Hari Orangutan Sedunia 2025
Hal itu memikat wisatawan penyuka petualangan datang ke Suaka Margasatwa Rawa Singkil, untuk melihat orangutan.
Wilayah Suka Margasatwa Rawa Singkil tersebar di Kabupaten Aceh Singkil, Kota Subulussalam, dan Kabupaten Aceh Selatan.
Rute Menantang
Serambinews.com sudah berkali-kali berpetualang ke Suaka Margasatwa Rawa Singkil, dengan pintu masuk dari Kabupaten Aceh Singkil.
Setidaknya ada dua rute pintu masuk menantang ke Suaka Margasatwa Rawa Singkil dari Kabupaten Aceh Singkil.
Pertama melalui jalur sungai Lae Treup di Kecamatan Singkil.
Menuju Lae Treup dari Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil, bisa dilakukan melalui jalan darat sampai Desa Rantau Gedang atau Teluk Rumbia.
Sampai dua desa bertetangga itu, barulah dilanjutkan dengan naik perahu.
Bisa juga naik perahu langsung dari dermaga Kilangan atau sungai Rintis.
Hanya saja cukup jauh sehingga membuang banyak waktu ketika tujuan utama masuk ke bagian dalam Lae Treup.
Dari pusat Kota Singkil, sekitar 30 menit menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat menuju Rantau Gedang atau Teluk Rumbia.
Rantau Gedang dan Teluk Rumbia merupakan desa terdekat ke Lae Treup.
Selanjutnya menuju Lae Treup naik perahu yang disewakan oleh warga lokal. Sewanya bisa dibicarakan, biasanya dikisaran Rp 500 ribu.
Setelah melewati sungai besar sekira 1 jam pelayaran, belok kiri untuk masuk sungai kecil Lae Treup.
Selanjutnya berpetualang ke Suka Margasatwa Rawa Singkil, dimulai, dengan menelusuri alur sungai Lae Treup.
Ketika sudah masuk ke bagian dalam hutan rawa, pelankan laju perahu sebab orangutan bisa tiba-tiba muncul di atas pohon yang jaraknya hanya puluhan meter dari perahu.
Pastikan ketika berpetualang membawa pemandu, perbekalan dan bahan bakar cukup.
Rute kedua hutan Suaka Margasatwa Rawa Singkil, bisa ditembus melalui jalur darat dari Kecamatan Kuala Baru.
Jalurnya mudah saja setelah melewati permukiman penduduk dari pinggir jalan Kuala Baru-Buluseuma, tinggal belok kanan masuk ke jalan perkebunan warga.
Berikutnya belok kiri memasuki jalan kecil. Jika sudah menemui pohon maloko besar menjulang tinggi belok kanan untuk masuk ke dalam hutan.
Dari titik itulah petualangan ke dalam hutan Rawa Singkil dimulai.
Jangan buru-buru, sebaiknya pelankan langkah kaki, tajamkan mata. Pohon malako tinggi besar merupakan tempat orangutan Sumatera bergelantungan.
Siapa tahu sedang beruntung bisa melihat orangutan liar dari jarak dekat.
Pastikan kondisi fisik prima ketika berpetualang ke dalam hutan. Treknya datar namun pohon cukup rapat sehingga butuh tenaga ekstra melewatinya.
Baca juga: Petualang Eropa Kagumi Nyali Warga Singkil, Cari Penghidupan di Sarang Buaya
Selain itu pastikan menggunakan jasa pemandu. Tentu ini demi kemanan petualangan.
Dari Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil, ke Kuala Baru bisa ditempuh melalui jalur darat sekitar 1 jam.
Sampai di ujung permukiman penduduk Suka Jaya, petualang dimulai dengan jalan kaki.
Bila ingin merasakan sensasi berbeda boleh menggunakan perahu dari Kilangan.
Di perjalanan suguhan pemandangan bangau putih dan buaya sedang berjemur bisa menjadi penghibur.
Sampai Kuala Baru, belilah perbekalan terutama air mineral. Selanjutnya berjalan kaki menuju hutan Rawa Singkil.
Puas berpetualang jangan buru-buru pulang.
Sebaiknya berkeliling pemukiman penduduk Kuala Baru, di sana bisa menyaksikan gadis-gadis berparas ayu sedang menyulam kain kasab benang emas.
Kuala Baru merupakan penghasil kain kasab. Kain itu bisa menjadi oleh-oleh pulang.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.