Pertanyaan
Bapak Pengangsuh yang mulia,
Assalamu’alaikum wr wb.
Dengan ringkas kami ingin mengetahui cara terbaik menyambut tahun baru, karena --menurut hemat kami-- tahun baru itu moment untuk menyusun program-progran tahunan untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya, yaitu tahun baru itu. Bukankan pada setiap ada peristiwa baru kita diimbau untuk banyak mengingat Allah, mensyukuri nikmat, muhasabah diri, dan sebagainya?
Demikian pula saat terjadi gerhana bulan atau matahari, misalnya, kita disunatkan melakukan shalat untuk merenung peristiwa dan kekuasaan Allah, sehingga kita pun membuat program-program yang positif sesuai syariat Islam. Atas perhatian dan jawaban Pengasuh kami ucapkan terima kasih.
Muhammad Jamal
Pidie Jaya
Jawaban
Waalaikumussalam wr wb.
Saudara Muhammad Jamal.
Pengasuh sangat sependapat dengan saudara dalam masalah muhasabah diri ditiap kesempatan, malah sebaiknya kita kerjakan muhasabah itu pada setiap kali kita mau tidur malam. Umat Islam mestinya tidak boleh hidup tanpa planning yang jitu. Saidina Ali ra mengatakan kebajikan, bila dilaksanakan tanpa program akan dapat dikalahkan oleh kejahatan yang terprogram pelaksanaannya. Itulah sebabnya Rasulullah saw selalu memerintahkan kita untuk ber-muhasabah: “Hasibu anfusakum qabla an tuhasabu” (buat perhitungan oleh diri terlebih dulu sebelum dibuat oleh orang lain).
Itulah sebabnya pula para pemimpin dunia menggunakan kesempatan tiap tahun baru Hijriyah ataupun Miladiyah untuk mengajak masyarakat agar mengingat dan melaksanakan program-program dan perencanaan yang matang ini. Akan tetapi, dalam masyarakat kita masih banyak terlihat kehura-huraan yang ditonjolkan, lebih lebih lagi pada malam pergantian tahun Miladiyah (1 Januari).
Umat Islam menyadari benar bahwa Muharram adalah bulan hijrah Nabi Muhammad saw dari Mekkah ke Madinah, yang sebelumnya bernama Yastrib. Sebenarnya kejadian hijrah Rasulullah tersebut terjadi pada malam 27 Shafar dan sampai di Yastrib (Madinah) pada 12 Rabiul Awal.
Adapun pemahaman Muharram sebagai bulan hijrah Nabi, karena Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Qamariyah yang oleh Umar bin Khattab, yang ketika itu beliau sebagai khalifah kedua sesudah Abu Bakar, dijadikan titik awal mula kalender bagi umat Islam dengan diberi nama Tahun Hijriah.
Inti dari peringatan tahun baru Hijriyah adalah pada soal perubahan, maka ada baiknya momen pergantian tahun ini kita jadikan sebagai momentum perubahan ke arah yang lebih baik. Itulah fungsi peringatan tahun baru Islam. Paling kurang ada tiga pesan perubahan dalam menyambut tahun baru Hijriyah ini, yaitu:
Pertama, hindari kebiasaan atau hal-hal yang tidak bermanfaat pada tahun yang lalu untuk tidak diulangi lagi di tahun baru ini; Kedua, lakukan amalan-amalan kecil secara istiqamah, dimulai sejak tahun baru ini yang nilai pahalanya luar biasa di mata Allah swt, seperti membiasakan shalat Dhuha 2 rakaat, suka bersedekah kepada fakir miskin, menyantuni anak-anak yatim, dan lain-lain, serta; Ketiga, usahakan dengan niat yang ikhlas karena Allah agar tahun baru ini jauh lebih baik dari tahun kemarin dan membawa banyak manfaat bagi keluarga maupun masyarakat muslim lainnya.
Bagi kita umat Islam di Aceh, sudah tidak relevan lagi berhijrah berbondong-bondong seperti hijrah Rasul dulu, mengingat kita sudah bertempat tinggal di negeri yang aman dan dijamin kebebasannya untuk melaksanakan syariat Islam. Namun kita wajib untuk hijrah dalam makna hijratun nafsiah dan hijratul amaliyah yaitu perpindahan secara spiritual dan intelektual; Perpindahan dari kekufuran kepada keimanan, dengan meningkatkan semangat dan kesungguhan dalam beribadah; Perpindahan dari kebodohan kepada peningkatan ilmu, dengan mendatangi majelis-majelis ta’lim; Perpindahan dari kemiskinan kepada kecukupan secara ekonomi, dengan kerja keras dan tawakal.
Pendek kata niat yang kuat untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan umat sehingga terwujud rahmatal lil alamin adalah tugas suci kita, baik secara individual maupun secara kelompok. Tegaknya Islam di bumi Nusantara ini sangat tergantung kepada ada tidaknya semangat hijrah tersebut dari umat Islam itu sendiri. Semoga dalam memasuki tahun baru 1434 Hijriyah ini, semangat hijrah Rasulullah saw, tetap mengilhami jiwa kita menuju kepada keadaan yang lebih baik dalam segala bidang, sehingga predikat yang buruk yang selama ini dialamatkan kepada umat Islam akan hilang dengan sendirinya, dan pada gilirannya kita diakui sebagai umat yang terbaik, baik agamanya, baik kepribadiannya, baik moralnya, tinggi intelektualnya dan terpuji.
Tegasnya dalam menyambut tahun baru Hijriyah ini kita hendaknya dapat memperbaiki amalan-amalan kita di tahun lalu kalau ada yang keliru, sehingga hari ini kita lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah orang yang beruntung; Siapa yang hari ini keadaannya sama dengan kemarin maka dia rugi, dan; Siapa yang keadaan hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia celaka.”
Kita bersyukur banyak, karena di seantero Aceh kita melihat semua msyarakat menyambut dan memperingati tahun baru 1434 Hijriyah ini dengan antusias dan bersemangat. Ini perlu kita syukuri agar Allah menambahlipatgandakan lagi nikimat tersebut, sesuai janjiNya: “Dan (ingatlah) tatkala Allah mengumumkan sesungguhnya jika kamu bersyukur terhadap nikmatKu sungguh Aku tambah nikmat itu kepadamu. Dan jika kamu kufur (nikmat), sesungguhnya azabKu sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Kita juga perlu melipatkangandakan taubat kita sesuai hadis-hadis sahih, antara lain: “Wahai sekalian manusia! Bertobatlah kamu sekalian kepada Allah dan minta ampunlah kepadaNya, sesungguhnya aku bertobat kepadaNya seratus kali dalam sehari.”
Dalam hadis lainnya, Rasulullah saw bersabda: “Apabila suatu kaum duduk untuk berzikir kepada Allah pastilah mereka dilindungi oleh para malaikat, dinaungi dengan rahmat, diberikan ketenangan dan Allah memasukkannya ke dalam kalangan orang-orang yang berada disisiNya.” (HR. Muslim)
Nabi juga pernah bersabda: “Siapa saja yang ikut-ikutan melakukan kebiasaan sesuatu kaum, maka orang tersebut digolongkan ke dalam golongan kaum itu.” Selamat tahun baru 1434 Hijriyah. Demikian, wallahu A’lamu bish-shawaab.
Sikap Kita dalam Menyambut Tahun Baru 1434 Hijriyah
Editor: bakri
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger