Liputan Eksklusif Aceh

20 Tahun Damai, Japnas: Aceh Butuh “Sprinter Hebat” untuk Mengejar Ketertinggalan

Penulis: Rianza Alfandi
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DUA DEKADE DAMAI – Ketua Japnas Aceh, Mahfudz Y Loethan, menyebut momen dua dekade damai Aceh harus diiringi kerja cepat dan terukur, Jumat (15/8/2025).

Laporan Rianza Alfandi | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Ketua Harian Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Aceh, Mahfudz Y Loethan, mengungkap dua dekade damai Aceh pascaperjanjian MoU Helsinki yang diteken pada 2005 silam telah memberi rasa aman dan stabilitas bagi Tanah Rencong. 

Ia menilai momen ini sebagai modal sosial yang tak ternilai, namun harus diiringi kerja cepat dan terukur.

“Kita bersyukur damai ini sudah memberi ketenangan. Tapi Aceh butuh ‘sprinter-sprinter’ hebat yang mau bekerja dengan penuh keringat untuk membawa Aceh lebih baik. 

Kita juga butuh para pembantu Gubernur dan Wakil Gubernur yang bekerja ikhlas untuk daerah, bukan sekadar duduk di kursi jabatan,” kata Mahfudz, Jumat (15/8/2025).

Mahfudz menyebut, dua puluh tahun ke depan harus menjadi periode lompatan besar. 

Baca juga: Ribuan Warga Larut dalam Zikir Akbar Dua Dekade Perdamaian Aceh di Aceh Utara

Data BPS mencatat perekonomian Aceh tumbuh 4,15 persen pada triwulan IV-2024, dengan nilai PDRB ADHB mencapai Rp65,36 triliun. 

Tingkat kemiskinan juga menurun menjadi 12,64 persen pada Desember 2024. 

Meski demikian, ia menegaskan bahwa capaian ini belum cukup untuk menutup ketertinggalan dari provinsi lain.

Menurutnya, percepatan realisasi investasi menjadi kunci. Hingga September 2024, Aceh mencatat Rp6,89 triliun investasi atau 61,96 persen dari target tahunan. 

“Pipeline sudah ada, tapi eksekusi di lapangan harus lebih cepat. Investor butuh kepastian lahan, perizinan yang ringkas, dan pendampingan yang jelas,” ujarnya.

Mahfudz juga memberi perhatian khusus pada perbaikan ekonomi mantan kombatan GAM, keluarga korban konflik, dan masyarakat terdampak konflik. 

Menurutnya, program pemberdayaan harus berkelanjutan, mulai dari modal usaha, pelatihan keterampilan, hingga akses pasar. 

“Mereka bagian dari perjalanan sejarah Aceh. Tidak cukup hanya bantuan sesaat, harus ada pembinaan yang membuat mereka benar-benar mandiri,” tuturnya.

Baca juga: VIDEO Peringatan 20 Tahun Hari Damai Aceh Berlangsung Khidmat

Ia menegaskan, Aceh punya banyak komoditas unggulan yang jika diolah di dalam daerah akan memberi nilai tambah besar bagi ekonomi. 

Halaman
12

Berita Terkini