Tradisi Aceh juga memberi perhatian khusus pada masa setelah melahirkan. Ada serangkaian perawatan tradisional untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi. Mulai dari ramuan tradisional sampai boh batee, yaitu batu dipanaskan dan dijadikan terapi untuk membantu proses penyegaran dan penyembuhan setelah melahirkan. Ramuan tradisional. Selain untuk melancarkan darah nifas, juga dimaksudnya untuk mempercepat proses pembentukan ASI.
Jika demikian nilai-nilai budaya indatu (leluhur) kita, di manakah mata rantai ini “terputus”, sehingga warisan ini tidak lagi bisa memayungi? Justru kita dihadapkan pada sederet angka mencemaskan di bumi kaya raya ini. Salah satu tantangannya adalah kondisi dan situasi yang sudah sedikit berbeda. Pada masa lalu, pasangan muda yang baru menikah tinggal bersama orang tua. Saat ini karena tuntutan pekerjaan atau pendidikan, banyak pasangan muda yang sejak awal harus merantau dan tidak tinggal berdekatan dengan orang tua.
Lantas apa yang bisa kita lakukan? Kecemasan kita pada angka-angka ini tentu tak sekadar berwujud keprihatinan saja. Pasti ada yang bisa kita lakukan sebagai komunitas, dalam kapasitas dan lingkar pengaruh kita. Karena bisa jadi, dalam 23,7% anak Aceh yang kurang gizi itu bisa jadi adalah anak sahabat dan karib kerabat kita. Karena mungkin saja, dalam angka 38,9% anak yang mengalami stunting, itu adalah buah hati kita. Kalaupun tidak berkarib-kerabat, mereka adalah anak-anak Aceh. Anak-anak masa depan yang meneruskan eksistensi kita, The Achenese.
Setelah memulai dari diri kita menjadi teladan positif hidup sehat seimbang, dilanjutkan dengan mempraktekkannya di keluarga, di rumah tangga masing-masing. Kemudian kita perlu membangun keprihatinan bersama melalui usaha-usaha sederhana yang tepat sasaran. Bagi karib-kerabat yang hendak menikah, sepatutnya dipersiapkan secara fisik dan mental untuk siap membangun keluarga sehat, sakinah mawaddah warahmah.
Para calon ibu tentunya perlu memahami apa yang harus mereka lakukan untuk menjaga kesehatan diri dan janin selama kehamilan. Setelah melahirkan, mengapa ASI demikian penting untuk bayi? Bagaimana cara merawat bayi di bawah lima tahun? Pengetahuan untuk calon ibu ini akan membantu mereka, karena kondisi mereka bisa jadi tidak sama dengan kita dulu yang demikian mudah bisa bertanya pada ibu, nenek dan karib-kerabat yang tinggal berdekatan, bila menghadapi masalah dalam merawat bayi dan anak. Ilmu dan pengetahuan ini setidaknya akan membantu memutus mata rantai penyebab pertama timbulnya angka-angka mencemaskan tadi.
Selamat Hari Gizi dan Makanan, semoga usaha dan keprihatinan kita, sekecil apapun itu, akan memberi arti dalam meningkatkan kualitas hidup anak-anak Aceh.
* Dian Rubianty, SE.Ak., MPA., Fulbright Scholar, tinggal di Banda Aceh. Email: dian.rubianty@gmail.com