Menurut van Koningsveld, bagian pertama laporan Snouck tentang Aceh berupa uraian antropologi masyarakat Aceh, pengaruh Islam sebagai dasar keyakinan orang Aceh, serta peranan ulama dan Uleebalang dalam masyarakat Aceh. Dalam laporan itu Snouck juga menguraikan bahwa perang Aceh dikobarkan oleh para ulama, Sedangkan Uleebalang menurut Snouck bisa diajak menjadi calon sekutu Belanda, karena kepentingannya adalah berniaga.
Snouck juga menulis bahwa Islam bagi masyarakat Aceh juga harus dinilai negatif, karena Islam bisa membangkitkan fanatisme anti Belanda di kalangan rakyat Aceh. Karenanya, para pemuka agama dalam masyarakat Aceh hendaknya dapat ditumpas agar pengaruh Islam menjadi tipis di Aceh. Dengan demikian para Uleebalang menurut Snouck akan mudah diajak bersekutu dengan Belanda.
Satu kegagalan pemerintah Belanda di Aceh, menurut Snouck adalah akibat tidak adanya pengetahuan Belanda terhadap Aceh sebagai wilayah Islam. Itu sebabnya, ketika Snouck bertugas di Aceh, di samping mempelajari karakter masyarakatnya secara antropologis (adat dan budaya Aceh), ia juga mengkaji kitab-kitab para ulama Aceh. Di antaranya kitab Umdatu al-Muhtajin karangan Syekh Abdul Rauf Syiah Kuala, sebagai kitab yang dianggap Snouck sangat berpengaruh bagi pengembangan Tarekat Syatariyah di Aceh.
Buku De Atjehers (dua jilid: 1893-1894) yang ditulis Snouck tentang Aceh, secara ilmu pengetahuan mungkin orang Aceh harus berterima kasih kepada Snouck. Namun di sisi lain, apakah Snouck Hurgronje benar-benar masuk Islam, atau sekadar berpura-pura ketika ia berada di Mekkah. Wallahu a’lam bissawab.
* Nab Bahany As, Pegiat Budaya, tinggal di Banda Aceh. Email: nabbahanyas@yahoo.co.id