Laporan Yarmen Dinamika | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Berbagai kalangan di Aceh terus saja memprotes dan menyesalkan ditebangnya pohon geulumpang yang dulunya digelari Belanda sebagai Kohlerboom, tempat tertembak dan tewasnya Mayor Jenderal Kohler saat menyerang Masjid Raya Baiturrahman (MRB) Banda Aceh pada 14 April 1873.
Pohon itu, sebagaimana diberitakan Serambinews.com, terpaksa ditebang Kamis (19/11/2015) karena terkena perluasan MRB.
Berikut komentar sejumlah tokoh, mulai dari Wali Kota Banda Aceh, aktivis LSM, akademisi, mantan pejabat, dan mantan tokoh GAM yang dikutip Serambinews.com dari grup WhatsApp Diaspora Aceh, Kru Seumangat Aceh, Alumni FH '85, Green Black, Serambi Newsroom, Kanal Banda Satu, dan beberapa grup WA lainnya.
Cici (Anggota Komisi Informasi Aceh): Pokoknya harus kita ribut kan nih... Sebatang pohon ciptaan Allah SWT dimatikan demi tiang tenda buatan mesin.
Nani HS (Wartawati): Saya sebagai rakyat, sampai sekarang gak ada tertarik sedikit pun dengan payung-payung (yang akan dibangun di halaman MRB) itu. Kalau bangunan MRB-nya yang diperluas entahlah.
Perkara tak ada urun rembuk. Gak punya pengetahuan sejarah. Dunia menulis luar bisa sejarah geulumpang itu. Trok bak tanyoe kahana peuteng. Orang luar pula yang melakukan itu. Ini termasuk kategori pungo jugak... ha ha ha... leubeh peunteng payong.
M Din (Pimpinan Perusahaan Harian Serambi Indonesia): Semestinya arsitektur menyesuaikan dengan situs yang ada, bukan situs yang menyesuaikan dengan arsitektur.
Linda (Alumnus Fakultas Hukum Unsyiah): Terenyuh dan merinding saya membacanya. Kalau bukan kita yang menghargai nilai sejarah pohon itu, siapa lagi? Tindakan seperti ini kita harapkan jangan terjadi lagi.
Firdaus Nyak Idin (Aktivis LSM): Sebelum pohon Kohler dipotong, puluhan pohon lain sudah dicincang di Aceh. Tragis sekali.
Illiza Sa'aduddin Djamal (Wali Kota Banda Aceh): Astaghfirullah, pohon bersejarah itu kok ditebang? Sungguh saya tidak tahu. Proses pembangunan ataupun perluasan di MRB bukan kewenangan Pemko Banda Aceh. Sifatnya, hanya berkoordinasi saja. Tapi penebangan pohon tersebut tidak dikoordinasikan dengan kami.
Tentu kita sangat menyayangkan penebangan pohon tersebut karena pohon tersebut merupakan heritage yang mengukir sejarah Aceh. Juga merupakan peninggalan yang sangat berharga bagi masyarakat , generasi Aceh, dan Indonesia, bahkan dunia.
Munawar Liza Zainal (Mantan wali kota Sabang): Kita buat group peuseulamat bak kayee Aceh jaak.
Cuman nyankeuh, tanyoe karu ata yang bak kota, ata lam uteun illegal logging pih hana so kalon. hehe.
Mastur Yahya (Aktivis KAHMI Aceh): Sepengetahuan saya "pohon Kohler" itu bukan pohon peninggalan zaman Belanda, tetapi pohon yang ditanam baru oleh panitia masjid di masa pelebaran Masjid Raya tahap pertama.
Hanya saja letak pohon tersebut memang benar di area pohon yang aslinya masa dahulu kala.