Opini

Black Angus, Leumo Aceh, Wagyu, dan Makmeugang

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nasib konsumen daging kini berada di tangan pemerintah. Membuka kran impor berarti mematikan usaha peternakan sapi. Sebaliknya menguatkan petani sapi potong berarti mengurangi impor, dan meminta konsumen, terutama konsumen kota untuk membayar mahal, yang keuntungannya tidak sepenuhnya jatuh kepada peternak sapi. Membayangkan penguatan petani kecil sapi lokal untuk bersaing dengan daging sapi internasional adalah pekerjaan yang mustahil, karena di hampir semua negara produsen besar sapi, pemainnya adalah perusahaan besar yang berkutat dengan riset dan inovasi yang berbasis pengetahuan.

Sementara di Indonesia, mayoritas petani kecil sapi di kawasan pedesaan, tidak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh pemerintah untuk sektor yang mereka geluti. Sudah saatnya pemerintah lebih serius membantu petani kecil sapi kita dengan berbagai kebijakan penguatan yang berbasiskan pengetahuan dan penelitian, pengaturan logistik, dan perhubungan. Kalau tidak, peternakan sapi kita akan tergerus untuk kemudian akan hilang, dan kita akan menjadi seperti Singapura, daging murah impor. Konsumen senang tentu saja bagus, tapi ingat jumlah peternak kecil kita terlalu banyak untuk ditinggalkan begitu saja. Nah!

* Prof. Dr. Ir. Ahmad Humam Hamid, M.A., staf pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam, Banda Aceh. Email: humamhamid@yahoo.com

Berita Terkini