Kawasan itu sudah berbaik hati ‘memberi’ koin emas sumber rezeki berlimpah empat tahun lalu, kenapa kini tega membalas ‘kekeramatan’ nya itu dengan siraman air limbah dan kolam tinja ke makam para ulama. Terlalu!
SATU pekan ini saya intens membaca berita juga ragam informasi yang beredar pesat di sosial media terkait pengerjaan proyek Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) tempat pembuangan akhir yang berada di kawsan Gampong Pande dan Gampong Jawa, Banda Aceh.
Informasi ini menjadi viral di sosial media saat diketahui proyek tersebut ternyata mengganggu situs sejarah kawasan makam-makam ulama penyebar Islam dan sebagai kawasan cikal bakal berdirinya Kota Banda Aceh.
Tidak sedikit para ahli dan juga orang yang ‘mengaku’ ahli sejarah atau tiba-tiba menjadi pecinta sejarah mengulas ragam argumentasi agar proyek itu dihentikan dengan alasan merusak situ sejarah kerajaan Islam di Aceh.
Baca: Temuan Koin Emas Hebohkan Kutaraja
Untuk semangat ini, kita bisa beri apresiasi sebab demi menyelamatkan warisan leluhur dari mana orang di sini berasal.
Di kawasan itu, sebagaimana diulas Arkeologi Dr Husaini Ibrahim, MA merupakan kawasan di mana para ulama penyebar islam dimakamkan.
Proyek tersebut juga merusak situs bekas masjid, Istana Darul Makmur, dan makam ulama besar, yaitu Syeik Jamaluddin Al Samarkandi.
Diskusi-diskusi di jejaring sosial mengungkap banyak fakta seputar kawasan ini, sebagai situs sejarah di mana kejayaan Islam bermula di Aceh.
Baca: Dua Pedang Berlapis Emas Ditemukan di Lokasi Penemuan Koin Emas
Masih ingat? Kehadiran koin emas dalam jumlah banyak yang mengundang banyak pendulang datang ke kawasan ini pada akhir November 2013.
Penemuan koin emas di Gampong Pande menyedot perhatian warga. Kemudian beramai-ramai orang mendulang dalam kolam berharap rezeki di kawasan bekas timbunan lumpur tsunami itu.
Ada koin yang berhasil terjual hingga miliaran rupiah, paling rendah warga yang beruntung menjualnya dengan harga 500 ribu rupiah.
Saat itu, Gampong Pande memberi banyak berkah bagi semua, apalagi keadaan ekonomi saat itu sedang melemah di mana daya beli masyarakat berkurang alias sedang susah.
Baca: Misteri Koin Emas Gampong Pande Terkuak
Kemunculan koin emas di Gampong Pande ini, bukti nyata bahwa kawasan ini memang bekas sejarah berkelas dunia.
Penemuan koin ini mengungkap adanya mata uang kerajaan yang memiliki hubungan kuat dengan beberapa kerajaan masyur di dunia.
Kurator benda kuno, seni dan bersejarah Tgk H Harun Keuchiek Leumik dalam tulisannya "Mata Uang Emas Kerajaan Aceh".
Menyebutkan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 300 keping koin dirham emas tersebut.
Ditemukan bukti bahwa koin ini dikeluarkan pada masa pemerintahan lima orang Sultan yang memerintah Kerajaan Aceh Darussalam sebelum abad ke-16, termasuk adanya koin emas dari Dinasti Ottoman Turki.
Baca: Tinja Kok Dibuang ke Kawasan Situs Sejarah, Keterlaluan!
Belum terlambat untuk menyelamatkan kawasan ini dari tangan-tangan kotor atas nama pembangunan.
Meski kita kecewa, bahwa proses ini tentu sudah berlangsung lama dan tentu melibatkan para ahli saat penentuan lokasi pembuangan limbah di kawasan ini.
Sekarang semua ribut? sementara proses itu sudah berlangsung sejak lama.
Tapi sudahlah, kita menanti Pak Wali Kota Banda Aceh, yang kecipratan masalah hari ini—proyek itu sudah berlangsung sejak kota ini berlaqab Madani--untuk mengambil langkah bijak agar tempat pembuangan limbah di kawasan situs sejarah tersebut ditinjau ulang.
Baca: VIDEO: Liputan Khusus, Proyek Tinja di Makam Ulama
Jangan sampai warga Kota Banda Gemilang menjadi manusia yang tidak tahu diri akan sejarah dari mana ianya bermula.
Kawasan itu sudah berbaik hati ‘memberi’ koin emas sumber rezeki berlimpah empat tahun lalu, kenapa kini tega membalas ‘kekeramatan’nya itu dengan siraman air limbah dan kolam tinja ke makam para ulama. Terlalu! [ARIF RAMDAN, Redaktur Sosial Media, Harian Serambi Indonesia]