Seorang pengguna Facebook, bernama Wildan Setiabudi juga sempat memposting sebuah status mengenai jasa Frans Kaisiepo ini, menanggapi banyaknya netizen yang membully.
Ia menyayangkan betapa pengguna internet terlalu kejam mengatai pahlawan nasional mereka sendiri.
Berikut tulisan Wildan Setiabudi
Nama pace ini adalah Frans Kaisiepo. Beliau berasal dari Biak. Biak, di Papua, bukan di China. Agamanya Kristen Protestan.
Beliau sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tahun 1993. Saat itu Presiden kita adalah Suharto. Bukan Jokowi.
Tahun 2016 ini, wajahnya tertera di uang 10.000 Rupiah yang baru. Wajah pertama dari Papua.
Sebelum ini, nama beliau sudah lama disematkan sebagai nama bandara di Biak, tempat kelahirannya. Ini bukan bandara kecil perintis di pedalaman Papua sana.
(Baca: Pahlawan Jaman Now?)
Bandara Frans Kaisiepo pernah sempat melayani penerbangan internasional hingga ke Amerika, hal yg bahkan bandara di kota2 pulau Jawa belum pernah capai.
Apa lebih lanjut jasa beliau dan apa yg beliau sudah lakukan, semua yg melihat status ini, bisa juga dengan mudah berkonsultasi ke Google. Mudah sekali.
Informasi yang ada mungkin terbatas, tapi ada.
Jika kamu tidak tahu, itu bukan alasan untuk berbangga diri dengan ketidaktahuanmu, dan mengatai beliau dengan...ah saya tidak tega mengulangnya.
Tidak tahu itu wajar. Makanya kita belajar. Tapi merayakan kobodohan cuma semata-mata untuk meluapkan kebencian, itu yang tidak normal.
Itu yang lebih menyedihkan.
Statusnya tersebut kemudian mengundang respons positif dari netizen lainnya dan sudah dibagikan hingga ratusan kali dalam hitungan jam.