Dicurigai Difteri, Enam Anak Dirawat Intensif di RSUZA, Kenali Gejala dan Tandanya

Penulis: Eddy Fitriadi
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Waspada Wabah Difteri yang Sebabkan Kematian, 4 Bahan Alami Murah Meriah Ini Diklaim Ampuh Menyembuhkannya

Laporan Eddy Fitriady | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUZA) hingga Rabu (13/12/2017) merawat intensif enam anak dicurigai (suspek) mengidap difteri di ruang isolasi.

Mereka yang berusia 4 hingga 14 tahun itu merupakan pasien rujukan dari sejumlah RS kabupaten/kota di Aceh.

Dengan bertambahnya jumlah pasien yang dirawat di RSUZA, maka hingga saat ini total kasus difteri di Aceh meningkat dari 90 kasus menjadi 93 kasus, yang mana empat di antaranya meninggal dunia.

Hal itu diungkapkan Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUZA, dr Raihan SpA(K) dalam konferensi pers soal difteri di Ruang Komite Medik RS tersebut.

Baca: Agar Tak Menular, Ini yang Harus Dilakukan Saat Terkena Penyakit Difteri

Raihan mengatakan, pasien yang dirawat saat ini yaitu 1 dari Aceh Besar, 3 Pidie, 1 Sabang, dan 1 Banda Aceh.

Keenam pasien diklasifikasikan ke dalam suspek difteri, dimana mereka sudah mengalami radang kerongkongan (faringitis), radang laring (laringitis), radang amandel (tonsilitis), dan terdapat selaput keabuan di tenggorokan.

“Bahkan empat di antaranya sudah dikategorikan probable difteri, yaitu sudah terjadi komplikasi ke jantung,” ujarnya.

Namun lanjutnya, keenam pasien sudah mendapat perawatan, yaitu satu kali anti-difteri serum (ADS) saat pertama dirawat, dan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik selama 14 hari.

“Sampel swab (usapan) di hidung dan tenggorokan pasien sudah kami kirimkan ke laboratorium di Surabaya untuk diteliti bakterinya. Hasilnya akan dikirim ke Dinas Kesehatan Aceh, butuh waktu seminggu lebih,” jelasnya.

Raihan mengatakan, difteri dapat dikenali dengan gejala dan tanda, yaitu suara serak, sakit tenggorokan, nyeri saat menelan, demam tidak terlalu tinggi, dan sumbatan jalan napas.

“Ada yang terjadi pembengkakan di leher dan timbul selaput putih keabu-abuan di saluran napas atas,” kata dia, dan menyebut para penderita tersebut biasanya memiliki riwayat imunisasi tidak lengkap atau terjadi kontak erat dengan pasien difteri.

Baca: Wabah Difteri Sebabkan Kematian, 4 Bahan Alami Murah Meriah Ini Diklaim Ampuh Menyembuhkannya

Terkait kekhawatiran berlebihan masyarakat terhadap mantan penderita difteri, spesialis anak itu menegaskan bahwa masa infeksius bagi pasien tersebut selama 14 hari.

Halaman
12

Berita Terkini