Lalu apa jawaban Rasulullah Saw kepada pemuda ini?
“Masih hidupkah kedua orang tuamu?” tanya Rasulullah Saw.
Pemuda ini mengatakan, “masih ya Rasulullah”.
Lalu Rasulullah memintanya untuk mengabdi pada kedua orang tuanya dan tidak disarankan untuk ikut berperang.
(Baca: Ingat Gadis Palestina dari Desa Nabi yang Berani Tinju Tentara Israel, Kini Ia dan Ibunya Ditangkap)
Ini maknanya bahwa betapa agung nilai pengabdian seorang anak pada ibunya, pada kedua orang tuanya.
Tingginya nilai pengabdiannya pada orang tua bahkan bisa “menggantikan kewajiban berperang”, atau bahkan bisa membuat seseorang menjadi terkenal di langit seperti halnya Uwais.
Jadi betapa mulia dan agungnya pengabdian pada Ibu.
Kalau memperhatikan pengorbanan ibu kepada sang anak, maka pengabdian sang anak kepada ibunya niscaya sebuah keharusan.
Kalau kita sudah punya anak, pasti paham bagaimana beratnya menjadi orang tua, meskipun berat itu kita lalui bersama kebahagiaan dan keikhlasan. Lihatlah seorang Ibunda yang menahan rasa sakit saat melahirkan.
(Baca: Gerakan Anti-LGBT Aceh Dideklarasikan, Ini Pimpinannya)
Lihatlah kepenatan dan keletihan seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya.
Lihatlah seorang Ibu yang harus begadang larut malam demi anak-anaknya, apalagi saat anaknya sakit.
Lihatlah seorang ibu yang selalu menjadikan kepentingan anaknya lebih utama dari kepentingannya.
Maka dalam Islam, ancaman bagi seseorang yang tidak mengabdi pada ibunya juga cukup mengerikan.