Tapi orang-orang Nuu-chah-nulth dan Kwakwaka’wakw di pesisir Barat Laut Pasifik percaya bahwa ada sesuatu yang menelan bulan selama gerhana—bisa mulut, bisa pintu, atawa surga.
Mitologi Yunani kuno menjelaskan bahwa gerhana bulan terjadi ketika seorang dewi berwujud jaguar memakan bulan, dan orang-orang Aztec kuno menyebut dewi kesuburan Cihuacoatl kadang-kadang menyantap satelit bumi itu.
Romansa kayangan
Tapi tidak semua cerita kuno tentang gerhana bulan berujung pada kehancuran atau makan-memakan. Beberapa kebudayaan bahkan mengaitkannya dengan cerita romantik.
Orang-orang Tlingit di pesisir Pasifik Barat Laut Amerika Utara mengatakan bahwa gerhana terjadi saat matahari dan istinya, bulan, sedang butuh waktu sesaat untuk berduaan (dalam kegelapan).
Orang-orang Hupa di California barat laut menceritakan kisah cinta yang berbeda tentang gerhana bulan.
Menurut mereka, bulan adalah seorang pria yang pergi berburu setiap hari dan membawa pulang buruan yang ia bunuh ke rumahnya yang penuh dengan hewan piaraan kelaparan.
Ketika hewan-hewan itu tidak puas dengan makanan yang dihidangkan, mereka—termasuk ular derik dan singa gunung—akan menyerang bulan. Beruntung, satu dari sekian banyak istrinya selalu siap sedia mengobati luka-lukanya sehingga ia bersinar kembali.
Begitulah bagaimana orang-orang kuno memaknai gerhana bulan. Bagaimana dengan di Indonesia?
Baca: Tips Mengabadikan Super Blue Blood Moon dengan Smartphone
Reporter: intisari-online
Artikel ini telah ditayangkan pada tribunnews.com dengan judul : Pertarungan Beruang, Kisah Cinta Kayangan, dan Mitos-mitos Gerhana Bulan Bagi Masyarakat Kuno