Harga solar non subsidi sebelumnya sebesar Rp 7.500/liter.
Sebelumnya mereka menaikkan harga BBM Umum Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito membantah kenaikan harga Pertalite dilakukan demi menutup potensi kerugian yang didapat Pertamina akibat menanggung selisih harga solar subsidi dan premium.
Dia menegaskan kenaikan harga tersebut didasari adanya kenaikan harga minyak dunia.
"Iya, karena harga minyak dunia," kata Adiatma, Minggu (25/3/2018) yang dilansir dari Kontan.id.
Baca: Harga BBM dan Listrik tak Naik Hingga Maret 2018, Bagaimana Setelahnya? Ini Penjelasan Menteri ESDM
Menurutnya, perhitungan BBM penugasan seperti premium ataupun BM tertentu seperti solar subsidi berbeda dengan perhitungan BBM umum seperti pertamax series dan pertalite.
"Menghitungnya tidak menyilang begitu," ujarnya.
Meski demikian, Adiatma tidak mau merinci perhitungan tersebut.
Pastinya hingga Januari-Februari 2018 Pertamina telah mengakui adanya potensi kerugian sebesar Rp 3,9 triliun.
Akibat menanggung selisih harga solar subsidi, premium di Jawa Madura Bali (Jamali) dan premium penugasan luar Jamali.
Hingga akhir tahun, Pertamina memproyeksi ada potensi kerugian sebesar Rp 24 triliun.
Baca: Ternyata di Papua Harga BBM Turun Saat Jokowi Blusukan, BBM Naik Lagi Setelah Presiden Pulang
Menanggapi adanya kenaikan harga BBM Partalite itu, Ferdinand Hutahaean memberikan sindirian kepada PDIP yang tampak diam menanggapi kenaikan BBM.
Ferdinand membandingkan, aksi Puan Maharani ketika pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan BBM dan saat itu Puan membuat puisi hingga berurai air mata.