"Itu bukan gunting tapi penjepit pendarahan. Penjepit pembuluh darah itu terbuat dari nikel. Jika tidak dilakukan seperti itu darah bisa terus-terusan mengalir, tapi saya akui ada juga kesalahan anggota dalam hal ini," ujar dr Hanif Fahri saat dikonfirmasi Harian Tribun Medan/ Online Tribun-Medan.com Rabu, (2/5/2018).
Ia menyebut seharusnya sebelum jenazah dibawa ke rumah duka anggotanya menginformasikan tentang tindakan yang dilakukan itu dan menjelaskan apa maksud dan tujuannya.
Baca: Kenapa Kumis Adolf Hitler Berbentuk Kotak? Ternyata Ini Alasannya
Baca: Pendaftaran Calon Anggota KIP Abdya Sepi Pendaftar, Ini Tahapannya
Saat itu Jariman meninggal di dalam ruang ICU setelah dirawat selama dua minggu.
"Seharusnya dijelaskan dan ikut mendampingi ke rumah duka anggota. Kalau cuma ditutup saja itu pasti akan keluar terus-terusan darahnya karena sudah sempat ditutup pakai perban tapi gak bisa. Kalau satu atau dua jam darah masih akan mengalir tapi kalau sudah empat hingga lima jam darah pastikan sudah membeku dan bisa dilepas penjepitnya. Anggota saat itu enggak ikut mendampingi karena harus tangani pasien lain di ICU," kata Hanif.
Ia menjelaskan darah yang mengalir dari dada almarhum lantaran sebelumnya ada selang yang dipasang di parunya.
Disebutkan, selain terkena penyakit diabetes, Jariman juga terkena gangguan paru dan jantung. (*)
Baca: Pendaftaran Calon Anggota KIP Abdya Sepi Pendaftar, Ini Tahapannya
Baca: Kisah Anak Tergemuk di Dunia, Kini Beratnya Turun 83 Kg, Begini Kondisinya Sekarang
(dra/tribun-medan.com/FACEBOOK)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Gunting Menempel di Jasad Jumiran, Perawat Malah Tertawa saat Ditanya Pihak Keluarga