Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Muda Belia, penghikayat dari Aceh, menuturkan kisah "Dangdeuria" di Teater Ketjil Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Jumat (11/5/2018) malam.
Ia juga melelang alat musik tiup Aceh, "bansi" miliknya.
Andai laku, ia akan menggunakannya untuk membeli tiket pesawat pulang ke Aceh.
Tapi tak seorangpun membuka tawaran, barangkali karena penonton yang menyaksikan pertunjukan itu cuma 10-20 orang.
Sementara kapasitas gedung pertunjukan muat 200 orang.
"Beginilah nasib seniman," kata Muda Belia seusai pertunjukan.
Muda Belia, lahir di Bakongan, bagian selatan Aceh, 38 tahun silam.
Ia adalah generasi terakhir penutur hikayat "Dangdeuria."
Ia mengatakan, "Dangdeuria" adalah nama tokoh hikayat, yang selalu didendangkan.
(Baca: Adu Mulut dengan Najwa Shihab saat Cecar Jubir HTI, Yusril Ihza Mahendra: Anda Bukan Penyidik)
Meskipun, katanya, hikayat lain juga bisa disampaikan. "Termasuk malam ini, saya keluar dari kisah Dangdeuria," katanya.
Muda Belia membagi pertunjukannya dua bagian. Bagian pertama tentang " Si Dangdeuria" dituturkan dalam format seni tutur hikayat, menggunakan bahasa Aceh dengan pola rima tertentu.
Bagian kedua, Muda Belia, menawarkan kisahnya disampaikan dalam bahasa Indonesia, agar penonton mengerti jalan cerita.
Penonton yang "berbilang" jari itu setuju. Ceritanya tentang "mensucikan manusia."
Mengenakan kopiah hitam dan pakaian juga hitam dipadu songket, Muda Belia memulai penampilannya dengan meniup "bansi" seraya memasuki panggung pertunjukan. Suara bansi syahdu.
Sebilah pedang dan bantal berbalut tikar terletak di panggung. Juga ada kopiah "meukeutop" diletakan di atas sebuah rapa-i, alat perkusi Aceh.
Tapi kedua perangkat ini, "meukeutop" dan rapa-i tak disentuh oleh Muda Balia. Dia hanya memainkan sebilah pedang tadi dengan cara memukulkannya ke atas bantal berbalut tikar. Mengeluarkan efek bunyi, menciptakan irama tertentu, mengiringi lagu hikayat.
(Baca: Tanya Gaji Orang Indonesia Per Bulan, Bule Ini Kaget saat Tau Bak Gaji Per Jam di Negaranya)
Pertunjukan Muda Belia adalah pertunjukan monolog. Salah seorang penutur hikayat yang terkenal dari generasi terdahulu, adalah Tgk Adnan PMTOH.
Ia seorang aktor hikayat sangat ulung. Memainkan banyak karakter secara atraktif sesuai denga kisah hikyat yag diasampaikan.
Lahir di Meukek 1931 dan meninggal dunia pada 2006. Tgk Adnan memperoleh gelar "troubadur Aceh" lantaran kemahirannya bercerita dalam bentuk sastra tutur.
Muda Belia adalah generasi berikutnya setelah Tgk Adnan. Muda Belia salah seorang yang paling sering tampil di panggung hikayat Aceh.
Belum lama ini ia melawat ke Malaysia, memperlihatkan kemahirannya berhikayat.
Sebelum itu, ia juga manggung di Singapura, dan banyak kota penting lainnya di Indonesia.
Ia juga tercatat di museum rekor Indonesia (Muri) sebagai penghikayat yang berhikayat selama 26 jam, pada 26 Desember 2009.
Gubernur Aceh masa itu, Irwandi Yusuf, ikut memberi kesaksian pertunjukan Muda Belia yang saat itu berusia 29 tahun.
Tempat pertunjukan Kapal PLTD Apung, Punge Blang Cut, Banda Aceh. Kapal itu dihempas gelombang smong atau tsunami dari tempat asalnya, Ulee Lheue.
Pertunjukan menarik," kata Tazbir, yang pernah menjabat Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis, Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Ia mengaku baru kali itu menyaksikan pertunjukan hikayat Muda Belia.
(Baca: Sikap Sule Berubah Setelah Berpenghasilan Rp 1 Miliar per Bulan, Istri Bocorkan ‘Kenakalan’ Suaminya)
"Ini harus didorong terus, sehingga kesenian hikayat bisa tetap eksis. Nyatanya sangat menarik," kata Tazbir yang juga pernah menjabat Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta.
Malam itu, Tazbir juga merekam Muda Belia mempromosikan pariwisata Aceh dalam kamera telepon selulernya. "Kita akan sebarkan ini, sebab sangat menarik," katanya lagi.
Pertunjukan Muda Belia di Taman Ismail Marzuki nerupakan bagian dari agenda "Panggong Aceh" yang digagas dan diselenggarakan tukang hikayat modern Aceh, Agus PMTOH atau Agus Nuramal.
Alumni Intitut Kesenian Jakarta ini ingin mengangkat kesenian Aceh di panggung nasional. Ini adalah tahun kedua penyelenggaraan "Panggong Aceh" setelah diawali tahun silam, dengan menampilkan pertunjukan Teater Ampon Yan dan Rapai Tuha dari Desa Lamreung, Banda Aceh.
"Panggong Aceh" tahun ini, selain pentas Muda Belia, juga diisi pembacaan puisi penyair Aceh Din Saja di tempat yang sama pada Sabtu (12/5/2018).
Sejumlah kalangan diajak membaca karya Din Saja. Dengan harapan, tentu disaksikan banyak penonton. Tidak seperti pertunjukan Muda Belia dan pertunjukan "Panggong Aceh" tahun sebelumnya, jumlah penonton sangat sedikit.(*)