Jika pada akhirnya apa yang dilakukan penembak runduk Israel terhadap Najjar benar-benar terbukti sebagai kejahatan perang menurut Pengadilan Kriminal Internasional, maka hukuman yang akan dijatuhkan sangatlah berat.
Sebab, sampai saat ini, hanya ada dua jenis hukuman untuk penjahat perang: hukuman seumur hidup atau hukuman mati.
Baca: BREAKING NEWS - Gubernur Mangkir di Sidang Paripurna Hak Interpelasi DPRA, Wagub Pun tak Hadir
Baca: Unggah Foto Kenakan Hijab di Instagram, Chika Jessica Tulis Kegalauan Hati yang Dirasakannya
Ribuan Warga Palestina Hadiri Pemakaman Razan Al Najjar
Ribuan warga Palestina pada Sabtu (2/6/2018) menghadiri pemakaman seorang relawan paramedis perempuan yang tewas oleh tembakan Israel di perbatasan Gaza.
Razan Al Najjar (21), seorang relawan kementerian kesehatan Gaza tewas ditembak pada bagian dadanya di dekat wilayah Khan Yunis pada Jumat (1/6/2018).
Kru medis dan ambulans menghadiri pemakaman Razan. Sementara, ayahnya terlihat memegang baju medis putih yang sudah bersimbah darah.
Beberapa pelayat menyerukan balas dendam atas aksi pasukan Israel.
Baca: Warga Palestina Rencanakan Bakar Jersey Lionel Messi, Ini Alasannya
Baca: Sniper Israel Dilatih & Didoktrin untuk Membunuh, Termasuk Wanita dan Anak Palestina Tak Bersenjata
Setelah pemakaman berakhir, puluhan orang mendatangi pagar perbatasan dan melemparkan batu ke tentara Israel.
Razan sedang mengobati seorang pria yang terkena gas air mata ketika dia ditembak.
Kepada The New York Times, seorang kerabatnya, Ibrahim Al Najjar mengatakan, Razan berjarak sekitar 90 meter dari pagar saat ditembak.
Seorang saksi mata mengatakan, Razan datang dengan mengenakan seragam putih yang menandakan dia adalah petugas medis.
"Dia telah mengangkat tangannya sehingga bisa terlihat oleh pasukan Israel. Namun, mereka tetap menembaknya," ujar saksi mata itu.
Baca: Kisah Pasukan Kopassus Hantu Putih Lawan Pemberontak, Taktiknya Buat Musuh Langsung Menyerah
Baca: Berbagi Paket Ramadhan di Tengah Intaian Buaya
Bulan lalu, The New York Times mewawancarai Razan di Gaza. Dia merupakan satu-satunya petugas medis perempuan yang bertugas dalam darurat medis selama aksi protes.
"Kami memiliki satu tujuan, yaitu untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang," katanya.
"Dan mengirim pesan ke dunia bahwa tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja," imbuhnya.