* Presiden Sampaikan Permohonan Maaf
BANDA ACEH - Perhelatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) Ke-7 berlangsung meriah dan spektakuler (menakjubkan) di Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh, Minggu (5/8) malam. Sekitar 30.000 undangan dan pengunjung dari berbagai daerah menyaksikan pembukaan perhelatan budaya paling akbar se-Aceh tersebut. Decak kagum penonton tak bisa disembunyikan saat berbagai aktraksi budaya dan tradisi disuguhkan secara apik dan menawan.
PKA-7 dibuka secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Prof Dr Muhadjir Effendy, didampingi oleh Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, dan Wali Nanggroe Aceh, Teungku Malik Mahmud Al-Haythar. “Dengan menucapkan bismillahhirrahmanirrahim, maka PKA Ke-7 dengan resmi saya nyatakan dibuka,” kata Muhadjir Effendy, lalu ia menabuh rapa-i pasee di atas podium, diikuti tabuhan serempak rapa-i pasee.
Sejumlah tamu penting dari dalam dan luar negeri turut hadir menyaksikan pembukaan PKA tadi malam. Para pejabat Aceh seperti Ketua DPRA, Tgk Muharuddin, Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, dan para bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota, turut hadir menyaksikan pembukaan PKA VII yang akan berlangsung hingga 15 Agustus di Taman Sultanah Safiatuddin (Tasulsa).
Acara pembukaan tadi malam diawali dengan tabuhan rapa-i pasee yang dimainkan oleh puluhan orang diselingi dengan syair wamulee yang dilantunkan oleh penyanyi Aceh, Joel Pasee. Kemudian, giliran penyanyi muda Aceh, Syahrial Amoba yang membawakan theme song PKA VII yang begitu merdu diiringi musik tradisi dan modern.
Sayup-sayup sahutan penonton juga terdengar serempak saat theme song dinyanyikan Rial. Selanjutnya, peserta PKA dari 23 kabupaten/kota di Aceh melakukan defile. Mereka mengenakan pakaian adat dan pakaian khas lainnya dari daerah masing-masing. Para penonton yang memadati tribun kiri, kanan, dan tengah stadion juga memberikan aplaus yang luar biasa kepada para peserta.
Tarian guel dari Aceh Tengah juga ikut memeriahkan pembukaan PKA VII. Lebih kurang 100 orang menarikan guel di depan para pejabat yang hadir dan puluhan ribu penonton. Sorak-sorai dan gemuruh tepuk tangan tak henti-hentinya terdengar saat penari asal Tanah Gayo menunjukkan kebolehannya. Penampilan tari guel itu juga diselingi pembacaan puisi oleh pensyair nasional asal Aceh yang juga wartawan Serambi Indonesia, Fikar W Eda.
Adapun penampilan yang paling ditunggu-tunggu tadi malam adalah tari massal 1.100 penari dari berbagai sanggar seni yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar. Perpaduan lighting yang dinamis membuat gerak tari sangat indah, ritmis dan dinamis, dengan gerakan-gerakan tradisi, hingga membentuk logo dan lambang PKA Ke-7.
Penampilan ini membuat pembukaan hajatan budaya empat tahunan itu begitu spektakuler. Gerak tari yang dipadukan dengan musik tradisi membuat tarian yang dikoreograferi oleh Imam Juwaini itu terlihat begitu heroik, elegan, dan tegas menggambarkan Aceh dari masa ke masa.
Perpaduan musik tradisi dan modern yang ditata oleh komposer Aceh, Taufik Opay, menggambarkan Aceh yang kosmopolitan. Suara dentuman rapa-i hingga serempaknya bunyi tepukan didong menyuguhkan tarian massal bertajuk Aceh Lhee Sagoe itu sempurna. Tak kalah hebatnya, pertunjukan tarian 1.100 penari itu dikombinasikan dengan penayangan video mapping yang me-review perjalanan singkat sejarah Aceh melalui animasi yang sangat modern dan menghibur.
Mendikbud, Prof Dr Muhadjir Effendy sebelum membuka PKA Ke-7, dalam sambutannya menyampaikan permohonan maaf, karena Presiden RI, Joko Widodo urung datang ke Aceh untuk membuka PKA VII, sebagaimana dijadwalkan semula. Menurutnya, Presiden batal datang ke Aceh lantaran ada tugas yang sangat mendakak di Ibu Kota kemarin.
“Saya sebenarnya bertugas mendampingi Pak Presiden. Baru tadi siang saya mendapatkan kabar bahwa beliau ada tugas yang sangat mendadak dan tidak mungkin meninggalkan Ibu Kota. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan tulus kami sampaikan permohonan maaf beliau kepada seluruh rakyat Aceh yang dicintai. Percayalah, walau malam ini belum bisa hadir, akan tetapi hati beliau bersama-sama kita,” kata Muhajir disambut gemuruh suara puluhan ribu penonton.
Menurut Muhajir, Presiden Jokowi berjanji akan datang ke Aceh dalam rangka meresmikan sebagian dari tujuh proyek strategis nasional (PSN) yang telah dicanangkan di Aceh. “Beliau berjanji dalam waktu yang tidak lama akan berkunjung ke Aceh dalam rangka meresmikan proyek nasional,” ujar Muhadjir.
Menteri juga mengatakan, masyarakat Aceh melalui kegiatan PKA yang dibuka tadi malam menjadi saksi atas terselenggaranya event kolosal kebudayaan yang digelar Pemerintah Aceh sejak 5-15 Agustus mendatang. “Atas nama Pemerintah RI, saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terselenggaranya event megah ini,” kata Muhajir.
Terselenggaranya event PKA Ke-7 ini, menurut Muhajir, menunjukkan bahwa masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi budaya dan menghormati keberagaman suku dan etnis yang ada. “Sehingga diperlukan event dengan interval yang lebih singkat untuk menggelorakan dan merayakannya,” ulas Muhajir.
Dia juga menyampaikan bahwa pada tahun 2017 Pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang-Undang tentang Kebudayaan untuk memajukan kebudayaan secara nasional. Menurutnya, sejak merdeka 73 tahun lalu, baru kali ini Indonesia memiliki Undang-Undang Kebudayaan. “Itu artinya pemerintah telah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada kebudayaan yang kita miliki. Mulai tahun depan kegiatan kebudayaan akan memiliki anggaran tersendiri dan ada dana alokasi khusus untuk kebudayaan,” ungkap Muhadjir Effendy.
Terakhir, event PKA Ke-7 diharapkan bisa menumbuhkan semangat masyarakat Aceh untuk tetap menjaga identitas melalui kebudayaan yang dimiliki. “Ke depan dengan adanya anggaran tersendiri untuk kebudayaan, maka event seperti yang dilakukan Pemerintah Aceh ini akan leibih maksimal. Mudah-mudahan dari tahun ke tahun kebudaayan kita akan menempati posisi yang strategis, mulai penyelenggaraan maupun anggarannya. Sangat tepat apa yang kini dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh, yakni melaksanakan PKA ini,” pungkas Muhadjir Effendy.
Sementara itu, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid terpesona dengan tari guel yang dimainkan 100 penari pada pembukaan PKA VII. “Saya kagum dan terpesona. Senang sekali menontonnya. Hebat,” kata Hilmar Farid.
Secara khusus Hilmar Farid bahkan menanyakan nama penari cilik yang ikut memainkan tarian tersebut tadi malam. “Siapa nama anak itu,” tanyanya.
Dua penari cilik itu, Alvaro (5), putra dari koreografer Aga Renggali dan Kenko (6), adik bungsu Aga Renggali. “Ini bagian dari pewarisan seni leluhur,” kata T Aga Renggali tentang keikutsertaan dua bocah itu dalam pertunjukan.
Tari guel 100 penari tersebut merupakan salah satu menu spesial pembukaan PKA VII yang dibawa dari Aceh Tengah. “Saya ingin mencapai estetika yang lain dengan dibawakan 100 penari,” kata Aga. Tari guel 100 penari itu pertama sekali dipentaskan dalam rangka HUT Takengon pada 2017 silam.
Pertunjukan guel tersebut dipadukan dengan pembacaan puisi oleh pensyair Tiara dan Ine Hidayah yang melantunkan nyanyian pengiring dalam bahasa Gayo.
Pembukaan PKA VII juga disemarakkan dengan pertunjukan tari massal melibatkan 1.000 penari dan pemain teater yang menggambarkan perjalanan Aceh dan keberagaman budaya Aceh dengan delapan etnik. Pertunjukan tersebut ditata oleh koreografer Imam Juaini, naskah ditulis oleh penyair Fauzan Santa, dan musik ditangani Taufik Opay. Pertunjukan itu melibatkan puluhan sanggar di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Irwanto Rawi dari Kepulauan Riau yang khusus datang menyaksikan PKA VII merasa kagum dengan pertunjukan tari masal dan tari guel tersebut. “Benar-benar nengagumkan. Hebat Aceh,” puji Irwanti Rawi, pensyair Kepulauan Riau. (dan/fik)