Rekan-rekannya menghantarkan kepergiannya dengan penuh haru.
Ia dikenal pemberani.
Wajahnya gahar, namun dikenal rajin beribadah.
Sejumlah pengurus bhayangkari menemaninya.
Bahkan, Ketua Bhayangkari Aceh Utara Silvya Ian Rizkian memeluk Rahmi berkali-kali.
Silvya juga memegang payung agar Rahmi tak kepanasan saat menyaksikan prosesi pemakaman. Rahmi berusaha tegar.
Namun air matanya terus menetes.
Ia pun berkali-kali menyeka air matanya dengan tisu putih.
Sang suami tak meninggalkan pesan apa pun sebelum kepergiannya.
Hanya saja, setiap hari suami berpesan agar jaga kesehatan dan menjaga buah hati mereka.
“Beliau orang baik, sangat baik dan penyayang,” kata Rahmi.
Faisal dilahirkan di Desa Rambong, Pidie Jaya, pada 27 April 1986.
Dia dikenal berani dalam menjalankan berbagai misi penangkapan pelaku kriminal.
Tiga hari sebelum meninggal, Faisal sempat berpesan kepada atasannya Kasat Reskrim Polres Aceh Utara Iptu Rezki Kholidiansyah bahwa hidup hanya sementara dan ibadah adalah keabadian.
“Tiga hari lalu, Iptu Reski ngobrol dengan Brigadir Faisal. Konteksnya soal tugas dan dedikasi untuk negara. Faisal bilang bahwa selalu meningkatkan ibadah pada Allah SWT dan membaca Al Quran untuk dijadikan pedoman hidup. Jika itu rujukannya, maka tugas berjalan lancar,” kata Kapolres Aceh Utara AKBP Ian Rizkian.