Toke Asie, pedagang hasil bumi di Kota Blangpidie dihubungi Serambinews.com, Kamis (6/9/2018) menjelaskan harga minyak pala selama tiga empat bulan terakhir masih tetap Rp 600 ribu per kg dan minyak nilam Rp 500 ribu per kg.
Sementara harga minyak pala pada Mei lalu berkisar Rp 700 ribu sampai Rp 750 ribu per kg dan minyak nilam Rp 600 ribu per kg.
Harga minyak minyak pala pernah tercatat rekor tertinggi tahun 2013 dan 2014 lalu menembus harga Rp 1.050.000 per kg.
Lalu, terjadi penurunan dan harganya sulit meningkat, meskipun nilai dollar AS menguat seperti sekarang ini.
“Idealnya, dengan menguat nilai dollar AS, diikuti meningkatnya harga komoditas ekspor, seperti minyak pala dan nilam,” kata Toke Asie.
Baca: Risiko Investasi di Indonesia Masih Rentan Naik, Ini Penyebabnya
Dia menduga bahwa harga minyak pala dan nilam tidak meningkat karena negara-negara Eropa sebagai penampung juga menaikkan pajak masuk.
Sekadar diketahui, minyak pala dan nilam yang terkumpul pedagang Abdya selanjutnya dijual kepada pengusaha eksportir di Medan, Sumatera Utara dan Padang Sumatera Barat.
Toke Asie, pedagang yang sudah lama malang melintang dalam bisnis hasil bumi tersebut juga menjelaskan, harga minyak pala rentan mengalami fruktuasi (naik turun).
Karena sangat tergantung permintaan pasar luar negeri, terutama Amerika Serikat, beberapa negara Uni Eropa, termasuk Singapura untuk kebutuhan industri makanan.(*)