Proyek Strategis Nasional Bukan Untuk Menzhalimi, Tetapi Untuk Mensejahterakan Rakyat

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Senator Aceh, Ghazali Abbas Adan didampingi oleh Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera Ir T Maksal Putra MT bersilaturrahmi dengan Kepala Pusat Bendungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Dr Ir Ni Made Sumiarsih M.Eng di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta Rabu (5/9) sore.

* Pusat Tetap Lanjutkan Proyek Bendungan Tiro dan Rukoh
* Melanjutkan Semangat dan Pesan Abu Syhik Beureu-eh

“(Dia-lah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia-lah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan air (hujan) itu buah-buahan sebagai rizki untukmu”(QS, Al-Baqarah, ayat 22).

“Dia-lah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) umbuh-tumbuhan, padanyakamu mengembalakan ternakmu. Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir”(QS, An-Nahl, ayat 10-11).

“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air (hujan) itu dihidupkan bumi (tanah) yang tadinya sudah mati (kering). Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengar (pelajaran)” (QS, An-Nahl, ayat 65). Anggota DPD RI Perwakilan Aceh Drs Ghazali Abbas Adan mengatakan beberapaayat Allah di atas dengan amat jelas menerangkan kepada hamba-Nya betapa air itu apabila dikelola, dikendali dan diberdayakan maka ia akan menjadi sumber kehidupan.

Baik untuk dikonsumsi oleh tubuh (sebagai minuman) maupun menyuburkan tanah tempat kita menanam berbagai tanaman yang menjadi sumber untuk menopang hidup dan kehidupan mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan. Senator Aceh ini menambahkan fakta dari fenomena yang dialami dan dilakoni masyarakat petani sawah yang berjalan menyusuri bahu lueng (sungai kecil di sawah) mulai dari pinggir laut sampai ke kaki gunung kemudian begadang semalaman hanya untuk menjemput setetes air untuk membasahi tanah sawah mereka.

Betapa sedihnya mareka, mungkin dengan modal pinjaman untuk pengerokan lahan sawah, membeli bibit, pupuk dan ongkos tanam, tetapi ketika padiyang ditanam itu (menjelang keluar bulirnya) tiba-tiba tanahnya kering karena kemarau datang tidak terduga. “Sedih dan rugoe meukatoe (amatlah rugi). Hasilnya tidak ada sementara hutang tetap harus dibayar,” kata Ghazali.

Semangat dan Pesan Abu Syhik Beureu-eh.
Berdasarkan fakta tersebut dan berkaitan dengan upaya pengelolaan, pengendalian dan pemberdayaan air anugerah Allah niscaya memberi manfaat bagi hidup dan kehidupan, Ghazali Abbas Adan teringat (kalau tidak salah) pada pertengahan tahun 60-an di mana kala itu seorang ulamaul ‘amilin yakni ulama yang tidak sekedar memiliki ilmu yang luas, tetapi sekaligus turun kelapangan bekerja lamashaalihil jami’, untuk kemaslahatan dan kesejahteraan hidup rakyat banyak.

Beliau adalah Allahu Yarhamuh Tgk Syhik Muhammad Daud Beureu-eh yang menyeru masyarakat untuk bergotong royong dalam upaya membangun dan membersihkan saluran air (lueng), termasuk membersihkan muara Krueng Baro di Kota Sigli. Dan yang fenomenal adalah upaya membangun bendungan (neulop) Paya Raoh di bagian selatan Keude Teupin Raya Kabupaten Pidie. Anggota Komite IV DPD RI ini menjelaskan karena memang upaya yang beliau gagas itu untuk kemaslahatan masyarakat banyak maka serta merta masyarakatpun secara suka rela dengan jalan kaki atau bersepeda dengan membawa bekal sendiri, tiap hari berbondong-bondong ke Paya Raoh membangun bendungan.

Dan Abu Syhik Beureu-eh sendiri senantiasa berada di lokasi, memotivasi masyarakat dalam rangka gotong royong itu.“Sedikit pengalaman pribadi dan ini tidaklah bermaksud riya, saya sendiri yang masih tergolong anak-anak kala itu dengan menumpang sepeda orang dewasa beberapa kali ikut serta didalamnya,” kenang Ghazali. Ia juga mengungkapkan bagaimanapun fakta (dengan berbagai keterbatasan) hasil gotong royong itu saat ini, tetapi semangat dan pesan yang didapatkan dari pada upaya Abu Syhik Beureu-eh adalah betapa Kabupaten Pidie yang sebagian besar rakyatnya menopang hidup dari pertanian (sawah), maka pengelolaan, pengendalian dan pemberdayaan air agar membawa manfaat bagi kehidupan adalah keniscayaan.

Wujud Nyata Empati dan Simpati Kepada Petani Sawah.
“Apabila semua sependapat dengan apa yang saya diskripsikan ini (memiliki hati nuri serta menaruh empati dan simpati kepada para petani sawah khususnya di Kabupaten Pidie), maka tidak ada kata dan sikap lain yang sangat realistis kecuali sepenuhnya pro-aktif dan secara nyata mendukung terwujudnya Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Tiro dan Rukoh.

Kedua bendungan di Kabupaten Pidie ini memang bagian dari PSN seperti yang ada di lokasi beberapa daerah di Indonesia danuntuk pembangunan kedua bendungan tersebut ananya multy years dari APBN sekitar Rp 3.5 triliun,” jelas Ghazali.Konsisten dengan apa yang ia diskripsikan serta sebagai wajud nyata dari keseriusan dan kesungguhan dukungan terhadap pentingnya kedua bendungan tersebut demi kemakmuran dan esejahteraan rakyat Pidie, sekaligus upaya kerja profesionalmelaksanakan fungsi representasi yang merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi (tupoksi) anggota parlemen, maka Ghazali Abbas Adan sebagai Senator Aceh pada Rabu(05/09/2018) sore kembali bertemu dan bersilaturrahmi dengan Kepala Pusat Bendungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Dr Ir Ni Made Sumiarsih M.Eng di Kantor Kementerian PUPR Jakarta.

Ia didampingi Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera Ir T Maksal Putra MT dan KasatkerBendungan Aceh Asyari. Anggota Badan Akuntabilitas Publik (BAP) DPD RI ini kembali menyatakan dukungannya terhadap pembangunan dua bendungan itu dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah pusatdengan menjadikan proyek pembangunan Bendungan Tiro dan Rukoh sebagai bagian dari PSN di Pidie Aceh.

“Dengan terwujudnya dua bendungan ini kelak sebagian besar rakyat Pidie yang hidupnya dari sektor pertanian akan beroleh kemakmuran dan kesejahteraan, karena menurut data dari Balai Wilayah Sungai Sematera I, sebanyak 18.000 hektar tanah sawah di Kabupaten Pidie akan terairi. Betapa tidak, apabila selama ini belasan ibu hektar sawah di Pidie itu hanyamengharapkan sumber air yang tidak menentu (baik dari air sungai dan curahan hujan yang sporadis), Insya Allah dengan adanya dua bendungan itu ketersediaan airakan dapat dipenuhi, dikelola dan diberdayakan sesuai keperluan dan akan dapat ditanami padi dua kali dan satu kali palawija dalam setahun,” ungkap Ghazali.

Dalam silaturrahmi tersebut Ghazali Abbas secara bergantian dengan Ir T Maksalmina Putra MT dan Asyari menjelaskan dialektika dan dinamika proses usaha demi terwujudnya kedua endungan itu. Selain itu secara gamblang menyampaikanharapan rakyat Pidie (termasuk sebagaimana disuarakan tokoh-tokoh Generasi Muda Pidie) terutama masyarakat yang tanahnya menjadi lokasi bendungan jangan sampaimerasa dirugikan, apalagi sampai terzhalimi karena proyek tersebut.

Terhadap harapan tersebut Kepala Pusat Bendungan Direktorat JenderalSumber Daya Air Kementerian PUPR, Dr Ir Ni Made Sumiarsih M.Eng menyatakan bahwa sangat wajar dan manusiawi belaka muncul harapan yang demikian dari masyarakat, terutama yang tanahnya menjadi lokasi proyek dengan konsekuensi akan terjadi relokasi tempat tinggal.“Negara sebagai inisiator pembangunan tidak akan menzhalimi akyatnya tetapi justru sebaliknya, pembangunan bertujuan mensejahterakan rakyat, disertai harapan agar Pemprov Aceh dan Pemkab Pidie serta semua elemen masyarakat, wabil khusus masyarakat yang kampungnya menjadi lokasi proyek agar pro-aktif memberi dukungan penuh demi mewujudkan dua proyek nasional itu. Dan apabila sudah nyata wujud dukungan tersebut, maka segera pula berbagai prosesnya pun akan dilaksanakan,” jelas Ni Made Sumiarsih.

Halaman
12

Berita Terkini