Kisah Jenderal Kesayangan Hitler, Menang Diberbagai Pertempuran, Tapi Tewas Bukan Akibat Tembakan

Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Erwin Rommel (kanan) merupakan jenderal Nazi Jerman dengan pangkat Field Marshal (Panglima Tertinggi) saat Perang Dunia II berkecamuk

Oktober 1938, Hitler secara khusus memintanya sebagai komandan kedua Fuehrerbegleitbatallion atau pasukan pengawal Fuehrer.

Selama menjadi komandan pengawal pribadi Hitler, Rommel meluangkan waktunya mempelajari mesin dan mekanika, sistem pembakaran mesin hingga senjata berat.

4. Perang Dunia II

23 Agustus 1939, Rommel naik pangkat sebagai Mayor Jenderal dan menjabat Komandan Fuehrerbegleitbatallion saat Invasi Polandia yang dimulai 1 September 1939.

Kesuksesan di Polandia rupanya membuat Rommel tertarik untuk terjun kembali ke medan perang.

Dia berusaha meyakinkan Hitler agar menempatkannya di salah satu Divisi Panzer.

Februari 1940, dia menjadi Komandan Divisi Panzer Ketujuh berkekuatan 218 tank di tiga batalion, dua resimen senapan serbu, satu batalion teknisi, hingga batalion anti-tank.

Baca: Pesawat Telepon Bekas Adolf Hitler Terjual Rp 3,3 Miliar

Prestasi besar langsung ditunjukkan dalam penugasan pertama dengan divisinya ambil bagian dalam serbuan melalui Sungai Meuse.

Divisi Lapis Baja Ketujuh menerobos hutan di kawasan Ardennes, dan berhasil memotong kekuatan pasukan Inggris-Perancis di selatan dan utara sampai Somme.

Rommel berhasil menawan 100.000 prajurit beserta 450 unit tank.

Adapun pihaknya menderita kerugian 2.500 serdadunya gugur dan 42 tank hancur.

Keberhasilan Rommel membuat Hitler menggesernya untuk mengepalai Korps Afrika Jerman (DAK) yang baru dibentuk, berkekuatan Divisi Ringan Kelima dan Divisi Panzer Ke-15.

Dia diangkat sebagai Letnan Jenderal, dan segera terbang ke Tripoli, Libya, untuk membantu militer Italia yang menderita kekalahan dari pasukan Persemakmuran Inggris di Operasi Kompas.

Saat itu, Rommel harus melawan pasukan Sekutu yang dipimpin Panglima Tertinggi Komando Timur Tengah, Jenderal Archibald Wavell.

Dia harus melawan Sekutu dengan modal hanya dua divisi. Meski begitu, Rommel mampu memukul mundur pasukan Inggris dalam waktu 30 hari.

Bahkan, dia mampu membawa pasukannya mengepung pertahanan lawan di sekitar kota Tobruk yang berjarak 160 kilometer di belakang medan tempur antara April hingga Desember 1941.

Sempat dihantam balik Inggris, Rommel kembali dengan membawa DAK pada Juni 1942, dan akhirnya merebut Tobruk dalam serangan yang dikenal sebagai Pertempuran Gazala.

Baca: Kontraktor Bersama Selingkuhannya Penyanyi Cantik Terbang Dengan CRV ke Jurang Sedalam 200 Meter

Dikenal karena kepiawaiannya memimpin pasukan langsung ke garis depan alih-alih di belakang, jurnalis Inggris menjulukinya "Rubah Gurun".

Selain di kalangan anak buahnya, Rommel dipuji sebagai "Marsekal Rakyat" dan populer di Arab karena bertindak sebagai pembebas dari penjajahan Inggris.

Tidak lama kemudian, Hitler menganugeraninya pangkat Field Marshal, dan memperoleh reputasi sebagai salah satu jenderal sukses Hitler.

5. Kekalahan di El Alamein

Kesuksesan di Gazala hanya bertahan selama lima bulan.

Di musim gugur 1942, pasukan Inggris kembali merebut Tobruk dalam perang di dekat kota Mesir El Alamein.

Kesuksesan Inggris tak lepas dari keputusan mengganti Komandan Pasukan Kedelapan dengan Bernard Montgomery pada 8 Agustus 1942.

Kiprah Rommel berakhir pada Maret 1943 ketika dia berupaya menyudutkan pasukan Montgomery di sekitar Medenine, Tunisia.

Serangan itu dilakukan Divisi Panzer Ke-10, 15, dan 20. Mendapat peringatan dari intelijen Ultra, Montgomery langsung memasang senjata anti-tank.

Sistem pertahanan Montgomery berhasil merontokkan 52 tank Rommel yang memaksanya menghentikan serangan.

Jatuh sakit, dia terpaksa kembali ke Jerman.

Baca: Telepon Kuno Milik Pribadi Adolf Hitler Akan Dilelang

6. Plot Membunuh Hitler dan Kematian

Setelah sembuh, Rommel mendapat tugas sebagai Komandan Grup B Angkatan Darat Jerman, jabatan di bawah Jenderal Besar Gerd Rundstedt.

Rommel mendapat tanggung jawab mempersiapkan pertahanan di Perancis untuk menghadapi kemungkinan serbuan Sekutu.

Saat itu, dia dipercaya mengurus sistem pertahanan Nazi yang diberi nama Dinding Atlantik.

Namun, sistem itu gagal membendung Sekutu.

6 Juni 1944, Sekutu berhasil melakukan invasi setelah mendarat di Pantai Normandia, dan memperbanyak kekuatannya menjadi satu juta personel.

Sadar bahwa kekalahan Jerman makin dekat, Rommel mulai berdiskusi dengan perwira lainnya soal kemungkinan mereka menyerah.

Enam minggu setelah Pendaratan Normandia, kendaraan yang ditumpangi Rommel diserang pesawat pemburu Sekutu pada 17 Juli 1944, dan menderita luka cukup parah.

Tiga hari setelahnya, terjadi sebuah insiden besar di mana Claus von Stauffenberg melancarkan Operasi Valkyrie dalam upaya membunuh Hitler.

Rencana pembunuhan yang dikenal sebagai Plot 20 Juli itu dilakukan ketika Hitler dan para perwiranya berkumpul di markas rahasia Sarang Serigala di Rastenburg, Prussia Timur.

Plot itu gagal. Von Stauffenberg serta perwira militer yang terlibat dalam upaya tersebut dijatuhi hukuman mati.

Hitler menuduh Rommel juga berniat untuk melenyapkannya sehingga dia dihadapkan pada Pengadilan Kehormatan Militer.

Hitler memberikan dua pilihan kepada Rommel yang telah dicap pengkhianat.

Bunuh diri atau dipermalukan di hadapan publik.

Rommel memilih bunuh diri dengan menenggak kapsul berisi sianida pada 14 Oktober 1944 di Herrlingen dalam usia 52 tahun.

Jenazahnya dimakamkan di Herrlingen. Selama beberapa dekade, veteran Perang Afrika, termasuk mantan lawannya, bakal berkumpul di depan nisannya.(*)

Baca: Bukan DN Aidit, Ternyata Dua Orang Inilah Pentolan PKI Bahkan Pernah Bertemu Stalin di Uni Soviet

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Biografi Tokoh Dunia: Erwin Rommel, Rubah Gurun Perang Dunia II

Berita Terkini