PENGANTAR - Steffy Burase, adalah sosok tak asing lagi bagi publik di Aceh. Namanya tenar setelah kasus gubernur Aceh nonaktif Irwandi Yusuf ditangkap KPK pada Juli lalu dalam kasus dugaan korupsi dana otonomi khusus Aceh (DOKA).
Belakangan kasus itu juga menyeret namanya dalam lingkaran kasus, karena diduga uang hasil korupsi tersebut ada kaitannya dengan program Aceh Marathon yang dijalankan Steffy dalam rangka mempromosikan Aceh ke dunia internasional.
Publik juga tahu di balik kasus itu mencuat, antara Steffy dan Irwandi punya hubungan dekat.
Bahkan kepada Serambinews.com Steffy mengakui Irwandi adalah sosok lelaki paling berpengaruh di balik keputusannya berhijrah, menjadi seorang wanita muslimah dan taat beribadah.
Lantas bagaimanakah kehidupan Steffy kini? Apa saja kegiatannya? dan Apa pula kesannya tentang Irwandi sejak awal perkenalan mereka? Serambinews.com melakukan wawancara eksklusif dengan wanita berdarah Manado itu tentang sisi lain di luar kasus hukum yang membelitnya.
Mantan pramugari senior yang pernah malang melintang di dunia penerbangan ini juga bercerita tentang pengalamannya ketika pesawat tengah dalam turbulensi hebat.
Kejadian menegangkan itu membawa ingatannya pada tragedi pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. Berikut penuturannya kepada Ansari Hasyim dari Serambinews.com, Jumat (2/11/2018) lalu.
Bisa diceritakan, apa saja kegiatan Anda selama ini?
Kegiatan rutin saya tiap akhir pekan ngajar anak-anak asuh kami di Ciputat dan kolong Jembatan Asemka. Di samping itu juga membantu fund rising bersama aktivis yayasan kami EPM Foundation untuk program-program yang kami susun untuk masa depan anak-anak asuh.
Saat ini lagi fokus banget persiapan trauma healing anak-anak Palu yang kebetulan adalah kampung papi saya, insya Allah tanggal 6 (November) besok kami akan berangkat ke Palu untuk program tersebut.
Selain kegiatan sosial saya juga lagi sibuk persiapan mulai dari produksi dan lain-lain untuk brand hijab dan brand cookies yang insya Allah Desember nanti akan launching kalau nggak mundur.
Anda selalu terlihat ramah dan tersenyum, dorongan apa yang membuat Anda bisa seperti itu?
Masya Allah....Senyum itu wajib karena juga bagian dari ibadah. Ramah itu salah satu ciri orang yang menghargai sesama makhluk jadi itu juga kewajiban.
Sejak kapan Anda menekuni profesi sebagai model?
Sebenarnya saya nggak pernah benar-benar menjalani profesi model secara profesional. Basically saya TV presenter untuk program olah raga mainstream dan traveling. Dan kebetulan saya juga hobby banget olah raga khususnya lari. Model mungkin lebih sekedar lucu-lucuan aja.
Dan juga karena sempat membintangi beberapa video klip itu mungkin sehingga orang-orang mempersepsikan saya sebagai model. Tapi secara pribadi saya lebih suka kalau orang-orang mengenal saya karena program-program yang saya bawa bukan karena istilah model itu.
Maka kalau ditanyai sejak kapan menekuni profesi model mungkin tepatnya sejak orang-orang mulai menganggap saya model. Dua tahun terakhir saya fokus keliling Eropa untuk promosi Indonesia. Karena itu alhamdulillah saya cukup menguasai yang namanya branding and promotion.
Pengalaman pramugari 8 tahun bikin saya kenyang di dunia traveling. Terlebih saat kerja di TV pun semua program yang saya bawa masih juga traveling. Semacam emang hidup saya nggak pernah bisa jauh dari traveling. Sejak kecil saya emang terkenal kreatif dan suka membuat ide-ide tentang sesuatu. Event tepatnya semacam how to do it, how to do that.
Kapan Anda kemudian mulai memutuskan untuk hijrah?
Hijrah buat saya adalah perjalanan ketika kita memutuskan akan memperbaiki diri selalu lebih baik dari hari ke hari. Pada tahun 2015 tepatnya. Saya janji ke diri saya sendiri untuk tidak lagi melakukan hal-hal yang hanya buang-buang waktu, seperti sekadar nongkrong, rumpi dan lain-lain.
Saya mulai shalat lima waktu. Alhamdullilah, bekerja makin giat dan waktu kosong saya hanya untuk olah raga. Saya sudah meninggalkan segala hal-hal yang berbau dosa walau satu-satunya yang sulit sekali diubah adalah cara berpakaian saya.
Mengapa sulit?
Karena terlalu tomboi. Pakaian sehari-hari saya tshirt, celana pendek dan sneakers kalau mau sopan ngejeans. Dan saya sangat nyaman dengan itu. Ingat banget dulu ketika ke Aceh pertama kali dan akhirnya menjadi sering, saya suka komplain kenapa wajib banget saya harus berkerudung.
Walau kesel tapi saya menghargai kearifan lokal. Dan selalu merdeka ketika bisa ke Sabang karena lagi-lagi saya bebas bercelana pendek. Maaf saya harus jujur. Tapi juga harus diakui, saya baru berhijab tepat hari pertama bulan Ramadhan kemarin, jadi masih teramat sangat newbie, dan juga banyak peran Pak Irwandi di situ.
Dia selalu bilang ke saya berkali-kali, saya shalat lima waktu, rajin sekali baca Quran tapi sayang semua itu sia-sia karena aurat yang ke mana-mana. Sering berdebat masalah agama, ibarat kata, saya orang yang taat beribadah tapi miskin ilmu karena since saya belajar tentang Islam, saya belajar sendiri dan hanya menggunakan buku.
Sementara beliau, beliau kaya ilmu. Akhirnya karena sering berdebat masalah ilmu agama alhamdullilah sayanya berhasil sadar akan masalah aurat dan beliau sadar bahwa shalat itu kewajiban dan nggak ada alasan untuk ditinggalkan. Beliau dan Aceh yang punya peran besar dalam peranan keseharian saya untuk semakin baik dari hari ke hari sampai saat ini. Allah mengirim saya ke Aceh untuk bisa hijrah sebenar-benarnya hijrah.
Anda selalu tampil modis dalam balutan hijab, apakah Anda senang mengenakannya?
Alhamdulillah...Tentu aja saya sangat senang.
Apa makna hidup ini bagi Anda?
Hidup buat saya adalah perjuangan. Dan musuh terberat dalam hidup saya adalah melawan diri saya sendiri. Tiap hari melawan setiap keburukan-keburukan demi bisa menjadi lebih baik. Saya banyak sekali cacatnya. Dan tiap hari berjuang untuk memperbaiki diri.
Apakah Anda punya cerita tentang kesan religius apa saja yang paling bermakna dalam hidup Anda sekarang?
Ya, ketika mendengar orang yang paling saya cintai mengatakan kepada saya dalam waktu singkat dia udah dua kali menamatkan baca Quran. Itu rasanya jauh lebih bahagia daripada mendapat mobil mewah.
Baca: Mantan Pramugari Steffy Burase Ungkap Doktrin Awak Kabin, Siap tidak Pulang Setelah Pesawat Take Off
Oya, saat ini lagi heboh soal berita pesawat Lion Air jatuh. Sebagai mantan pramugari apa tanggapan Anda?
Masalah pesawat jatuh, dulu 2013 saya pertama kali bergabung ke dalam dunia airlines. Harus saya akui duduk sebagai penumpang dan duduk sebagai cabin crew rasanya sangat berbeda. Mentally maksud saya. Ketika uniform terbang terpasang di badan, mental kami sangat berani.
Kami sudah didoktrin sejak awal tentang risiko kerjaan yang kami hadapi. Keselamatan penumpang adalah tugas utama kami walau banyak penumpang yang berpikir bahwa tugas utama kami adalah sekadar melayani makan dan minum mereka dalam pesawat.
Baca: Mantan Pramugari Senior Steffy Burase: Di Airlines Kitab Suci’ Kami Adalah CARS
Ingat ketika salah satu instruktur saya (sudah alm dalam kecelakaan pesawat Shukoi) mengatakan bahwa ketika pintu pesawat sudah tertutup, setiap hari bisa kembali adalah berkat. Karena di sana kita tidak bisa lagi melakukan apa-apa kecuali atas kehendak Allah.
Selalu persiapkan diri untuk tidak pernah pulang. Saya ingat sekali kejadian itu dan sangat ketanam jelas di kepala saya sampai detik ini.
Mendengar kecelakaan pesawat sejak Adam Air jatuh, Sukhoi jatuh, Air Asia jatuh, yang mana isinya adalah semua teman-teman saya, membuat saya semakin sadar bahwa betapa Allah membukakan mata saya lebar-lebar bahwa saya harus mempersiapkan diri jauh lebih baik akan bekal apa yang akan saya bawa nanti ketika saya mati. Setiap kejadian itu sejujurnya agak menampar diri saya dan saya yakin begitu pun teman-teman seprofesi.
Apakah Anda pernah mengalami kejadian yang menghkawatirkan selama penerbangan?
Masalah teknis yang terjadi bisa bermacam-macam. Misalkan Human error, bad weather, atau kondisi pesawat itu sendiri. Di Airlines kitab suci kami adalah CASR (Civil Aviation Safety Regulation).
Baca: Lima Nelayan Aceh Tamiang Dihukum Masing-masing 6 Bulan Penjara di Malaysia
Seharusnya semua yang sudah diatur di situ tidak bisa dikompromikan, walaupun kecelakaan pesawat juga merupakan bagian dari takdir, tapi masalah safety adalah prority. Semoga ke depannya semua airlines tidak lagi menggampangkan hal-hal yang sudah menjadi aturan wajib dunia penerbangan.
Apa pengalaman yang paling Anda ingat dalam kabin pesawat saat menjadi pramugari waktu itu?
Pengalaman manis buat kami tentunya adalah selamat dari turbulance hebat. Kala itu pesawat bumping, penumpang berteriak, saya selaku chief pantry belakang harus memastikan tidak ada penumpang dan junior yang berdiri.
Saya (pernah) gedor-gedor pintu toilet mengeluarkan si bapak dari toilet yang sudah tidak mungkin balik ke kursinya karena kondisi guncangan, menarik si bapak dan memegang erat jangan sampe terlempar, memastikan junior saya aman yang sempat terpelanting kepala kejedot di lantai.
Rasanya mustahil saat itu saya bisa melakukan tiga hal dalam waktu bersamaan sambil memberikan pengumuman dengan suara sangat tenang agar penumpang tidak panik. Seperti mustahil tapi terjadi. Salah satu junior saya itu juga uda alm kecelakaan pesawat Sukhoi (Afatihah buat mereka). Sampe hari ini masih sangat memorable.(*)