SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Menjadi pramugari atau flight attendant dalam sebuah maskapai penerbangan membutuhkan persiapan matang.
Selain berani dan cerdas, seorang pramugari juga harus kuat mental menghadapi berbagai kemungkinan buruk selama penerbangan.
Baca: Melihat Era Keemasan Persiraja, Ini 8 Pemain Legenda Laskar Rencong yang Dikenang Sepanjang Masa
Mantan pramugari senior Steffy Burase mengungkapkan bagaimana seorang flight attendant harus punya prinsip.
Mereka juga harus mengikuti prosedur penerbangan yang sudah menjadi semacam doktrin bagi semua awak kabin.
Duduk sebagai penumpang dan duduk sebagai cabin crew rasanya sangat berbeda.
"Mentally maksud saya. Ketika uniform terbang terpasang di badan, mental kami sangat berani. Kami sudah didoktrin sejak awal tentang risiko kerjaan yang kami hadapi," ujar wanita berdarah Manado ini kepada Serambinews.com, Jumat (2/11/2018).
Baca: Cerita Mantan Pramugari Steffy Burase, Pesawat Berguncang Hebat, Penumpang Panik dan Berteriak
Menurut Steffy yang pernah menekuni profesi pramugari selama 8 tahun dengan jabatan terakhir chief pranty, keselamatan penumpang adalah tugas utama mereka.
Meskipun banyak penumpang yang berpikir bahwa tugas utama pramugari adalah sekadar melayani makan dan minum penumpang dalam pesawat.
"Ingat ketika salah satu instruktur saya (sudah almarhum dalam kecelakaan pesawat Shukoi) mengatakan bahwa ketika pintu pesawat sudah tertutup, setiap hari bisa kembali adalah berkat," ujarnya.
"Karena di sana kita tidak bisa lagi melakukan apa-apa kecuali atas kehendak Allah. Selalu persiapkan diri untuk tidak pernah pulang," tambah Steffy.
"Saya ingat sekali kejadian itu dan sangat ketanam jelas di kepala saya sampai detik ini," ujarnya.
Steffy mengatakan hanya kekuasaan Allah yang bisa menyelamatkan para penumpang saat pesawat mulai take off.
Maka ketika ia mendengar ada peristiwa pesawat jatuh, kerap membuatnya tersentak.
Baca: Peserta Seleksi CPNS 2018 Asal Medan Melahirkan Tak Lama Usai Ujian
"Mendengar kecelakaan pesawat sejak Adam Air jatuh, Sukhoi jatuh, Air Asia jatuh, yang mana isinya adalah semua teman-teman saya, membuat saya semakin sadar bahwa betapa Allah membukakan mata saya lebar-lebar bahwa saya harus mempersiapkan diri jauh lebih baik akan bekal apa yang akan saya bawa nanti ketika saya mati. Setiap kejadian itu sejujurnya agak menampar diri saya dan saya yakin begitu pun teman-teman seprofesi," ujarnya.
Kini Steffy sudah resign dari dunia penerbangan dan memilih hijrah. Wanita berdarah Manado ini aktif mengajar anak-anak di Ciputat dan kolong Jembatan Asemka.
Di samping itu ia juga membantu fund rising bersama aktivis yayasan EPM Foundation.
Bersama relawan lainnya, Steffy juga sedang fokus persiapan trauma healing anak-anak korban gempa di Palu, yang merupakan kampung halaman ayahnya. (*)