Genosida di Rakhine Masih Terjadi, Koalisi Rohingya Merdeka Kecewa pada Dunia Internasional

Editor: Taufik Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebagian besar pengungsi Rohingya menuju Banglades melalui jalur darat, tapi ada sejumlah orang berupaya melintasi sungai dan laut menggunakan perahu reyot.

Ketika militer memulai operasi melawan Rohingya, mereka berpikir bisa berharap ke pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi, yang saat itu sedang dalam tahanan rumah, untuk mendapatkan dukungan. Khin menyebutkan bahwa dia bahkan berkampanye soal pembebasannya ke seluruh dunia Barat.

Suu Kyi menjanjikan hak-hak dasar Rohingya setelah demokrasi berdiri. Tapi begitu dia berkuasa, dia juga terlibat dalam kejahatan negara.

"Jika dia mau, dia bisa membuka akses negara Rahkine. Atau dia bisa membebaskan para penulis, wartawan yang meliput kekejaman militer terhadap Rohingya. Tetapi dia memilih untuk tidak melakukan apa-apa," kata Khin.

Baca: Khamenei: Aung San Suu Kyi Wanita Kejam yang Menyetujui Penyiksaan Terhadap Rohingya

Baca: Amnesty International Cabut Penghargaan untuk Pemimpin De Facto Myanmar Aung San Suu Kyi

Baca: Masalah Siswa Merokok di Kelas dan Menantang Guru Berakhir Damai

Pengalaman Khin dengan pemerintah sipil membuatnya lebih waspada terhadap hubungan dengan pemerintah Myanmar dan memperkuat pemahamannya bahwa komunitas Rohingya perlu diberi wewenang untuk membuat keputusan sendiri.

"Jika sejarah mengajarkan kita sesuatu, itu adalah bahwa Rohingya tidak dapat dibiarkan bergantung pada belas kasihan pasukan Myanmar. Rohingya juga harus memiliki kursi untuk menentukan masa depan kita sendiri," tambah Khin.(Anadolu Agency)

Berita Terkini