SERAMBINEWS.COM - Dua perempuan Perancis anggota ISIS berhasil keluar dari wilayah kantong terakhir kelompok teroris itu dan mencari perlindungan di wilayah Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Keduanya lantas menceritakan kondisi terakhir di dalam kantong pertahanan terakhir ISIS di Deir Ezzor, Suriah, tak jauh dari perbatasan Irak.
Menurut dua wanita Perancis itu, masih banyak orang asing yang terperangkap di dalam wilayah kantong terakhir ISIS dan dilarang meninggalkan tempat itu.
Baca: Liga Champions - 2 Pemain Manchester United yang Paling Ditakuti Pelatih PSG
Dikutip AFP, keduanya perempuan itu berhasil kabur dan keluar setelah membayar penyelundup untuk membawa mereka pergi dari wilayah yang dikuasai ISIS menuju kawasan yang telah kembali direbut SDF yang didukung AS.
Kedua wanita itu mengatakan, telah terjadi pembantaian di dusun Baghouz, sementara masih banyak yang terjebak dan tidak ada makanan yang bisa dimakan.
"Ada banyak orang Perancis, banyak muhajirin (orang asing yang bergabung dengan ISIS) dan lainnya yang mencoba untuk pergi tapi mereka (ISIS) tidak mengizinkannya."
Baca: Daftar Tim Peserta Piala Presiden 2019, Ini Jadwalnya
"Mereka berkata hanya orang Suriah dan Irak yang bisa diselundupkan keluar," kata salah seorang perempuan yang mengaku bernama Christelle, dari Bordeaux.
Dia bersama sejumlah wanita dan anak-anak dari anggota ISIS lainnya akan dibawa ke kamp penjara yang dikelola warga Kurdi di Suriah utara.
Christelle membawa dua anaknya yang berusia satu dan tiga tahun, sementara suaminya disebutnya telah meninggal.
Baca: Abu Walid Algojo ISIS Asal Indonesia Tewas di Suriah, Terkena Peluru Tank saat Pertempuran
"Apa yang saya harapkan dari pemerintah Perancis? Biarkan saya menjaga anak-anak saya. Saya hanya ingin tetap bersama anak-anak saya," ujarnya.
Pemerintah Perancis sebelumnya telah mengumumkan bakal mempertimbangkan untuk menerima kembali sekitar 130 warga negaranya yang kini ditahan otoritas Kurdi di Suriah.
Meski demikian, Christelle mengaku dirinya berharap dapat pindah ke negara lain dengan mayoritas penduduk Muslim.
Baca: Logam Berwarna Emas Bergambar Soekarno Ditemukan Saat Gali Fondasi Rumah
"Saya lebih suka kembali ke negara lain di mana ada lebih banyak warga Muslim. Kami tidak bisa menjalankan agama kami (sepenuhnya) di Perancis," kata Christelle.
Christelle yang memeluk agama Islam dan memasuki wilayah Suriah pada 2014 mengaku menyesal setelah bergabung dengan ISIS.
"Tentu saja kami menyesal. Kami kehilangan segalanya dengan datang ke sini," ujarnya.
Sementara seorang perempuan Perancis lainnya, mengatakan bersedia ditempatkan di negara mana pun selama dirinya dapat tetap bersama dan menjaga kedua anaknya, meski tidak di negara asalnya.
Baca: Terkena Air di Gudang Logistik KPU Cirebon, 2.298 Kotak Suara Rusak
"Mereka tidak akan membiarkan kami menjalankan agama kami (secara penuh) di Perancis. Kami tidak memiliki hak dan Anda tidak dapat mengenakan niqab," ujarnya.
Hari itu, ada sekitar 10 truk yang berisi warga sipil Suriah yang telah melarikan diri di sebuah dataran di luar Baghouz.
Pengemudi truk mengatakan, ada sekitar 18 warga asing yang berada di antara puluhan warga sipil yang melarikan diri dari wilayah kantong ISIS, termasuk warga Rusia, Turki, dan Ukraina.(*)
Baca: Kisah Gadis Jerman Bergabung Dengan ISIS di Suriah Saat Berusia 15 Tahun
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Berhasil Kabur, Dua Perempuan Perancis Cerita Kondisi di Wilayah Kantong Terakhir ISIS