AHY Tulis Tesis Tentang Resolusi Konflik Aceh

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Wakil Komandan Kogasma, Teuku Riefky Harsya berfoto dengan latar tulisan Puncak Gunung Geurute Aceh Jaya, Senin (4/3/2019) saat melakukan lawatan ke pantai barat selatan Aceh dalam rangka safari politik dengan tema #AHYsaweuAceh2019.

SENIN (4/3) petang, kenderaan konvoi berhenti di puncak Gunung Geurute, Aceh Jaya. Komandan Komanda Satuan Tugas Bersama (Kogasma), Agus Harimurti Yodhoyono atau akrab disapa AHY turun dari mobil dan menuju salah satu warung di tepian jalan.

Sepiring mi instan, sebuah kelapa muda, dan segelas kopi tubruk sudah tersaji di atas meja. Didampingi Wakil Komandan Kogasma, Teuku Riefky Harsya, AHY duduk menghadap ke laut lepas, persis di tepi jurang. “Indah sekali,” katanya sambil menikmati panorama alam.

Sore itu, rombongan AHY hendak melakukan lawatan ke pantai barat selatan (Barsela) Aceh. Kunjungan yang bertema #AHYSaweuAceh2019 itu dalam rangka melakukan sosialisasi 14 program perioritas Partai Demokrat kepada masyarakat, kader, dan simpatisan partai itu.

Partai Demokrat ingin menang besar di Aceh, seperti yang pernah diraih pada Pemilu 2009. Tour politik ini dilakukan AHY setelah menerima mandat sebagai ‘panglima’ pemenangan dari Ketua Umum Partai Demokrat, Dr Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 1 Maret lalu.

Ada tiga kabupaten yang disapa AHY dalam kunjungan dua hari itu, yaitu, Aceh Jaya, Aceh Barat, dan Nagan Raya. Perjalanan itu dilakukan di tengah kondisi sang ibunda, Ani Yudhoyono yang sedang dirawat di National University Hospital, Singapura, karena mengidap kanker darah.

Sebelum tiba di lokasi acara, AHY menyempatkan diri untuk menikmati pemandangan alam di puncak Geurute. Dia mengajak wartawan untuk menemaninya bersantap mi instan campur telur. AHY tampak menikmati permadani alam Aceh jelang senja itu.

Sambil menikmati mi instan dan air kelapa muda, AHY bercerita tentang dirinya saat bertugas di Aceh Barat, ketika masih berseragam prajurit TNI medio 2002-2003. Saat itu, AHY sebagai Komandan Peleton di Batalyon Infanteri Lintas Udara 305/Tengkorak yang bertugas dalam Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh.

Saat perang Aceh masih berkecamuk, AHY mengatakan pernah melewati lintasan Geurute hanya ketika kembali ke markas induk di Banda Aceh atau sebaliknya. “Dulu boro-boro bisa menikmati alam kayak begini, yang ada kita lihat-lihat. Jangan-jangan nanti ada yang hadang,” katanya mengenang.

Dia mengatakan betapa pahitnya masa konflik, dan yang paling menderita adalah rakyat. Karena itu, dia mengajak masyarakat Aceh untuk terus merawat dan memelihara buah perdamaian yang telah disepakati pada 2005 di Helsinki, Finlandia.

Semasa konflik, dia pernah membatin agar bisa kembali ke Aceh, tapi dalam suasana damai. Doa itupun terkabul. AHY kembali ke Aceh, khususnya Aceh Barat dalam suasana yang jauh berbeda dari sebelumnya. Perjalanan ke Aceh Barat kali ini, kata AHY, sebagai momentum nostalgia.

“Saya nggak nyangka bahwa ketika saya kembali (ke Aceh Barat) saya juga tidak lagi menjadi tentera. Benar-benar berubah, saya berubah, alam dan situasinya pun juga berubah. Ingatkan anak cucu kita, generasi penerus kita yang tidak merasakan konflik, betapa mahalnya harga perdamaian,” katanya.

***

AHY mengaku sangat beruntung bisa menikmati manisnya buah perdamaian setelah melalui prosesnya. Kenangan berdinas di Aceh Barat hingga Aceh Selatan masih membekas diingatannya. Putra sulung SBY, mantan Presiden ke-6 RI ini merupakan satu di antara banyak orang yang terlibat dalam konflik Aceh.

Pengalamannya berdinas di daerah konflik Aceh, mendorong AHY menuangkan fakta itu dalam tesisnya saat mengambil program master di Nanyang Technological University, Singapure, tahun 2005-2006. Judulnya, ‘Resolving the Conflict in Aceh’ dan sekarang masih tersimpan pada perpustakaan di Singapura.

Mungkin tidak banyak orang tahu tentang ini. Bahkan, AHY bisa jadi sebagai penulis pertama proses perdamaian Aceh pasca-MoU. “Saya menulis itu pada 2006. Padahal, proses perdamaian baru tuntas tahun 2005, jadi (peristiwanya) masih fresh dan hangat dibicarakan,” kata AHY.

Halaman
12

Berita Terkini