Dua Kelompok Gajah Liar di Aceh Timur Dipasangi GPS Collar

Penulis: Seni Hendri
Editor: Taufik Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim BKSDA Aceh dan FKL memasang GPS Collar pada seekor gajah anggota kelompok gajah liar di Aceh Timur, Sabtu (9/3/2019)

Laporan Seni Hendri | Aceh Timur 

SERAMBINEWS.COM, IDI - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh bekerjasama dengan Forum Konservasi Leuser (FKL) memasang dua unit GPS Collar pada dua kelompok Gajah liar di Kabupaten Aceh Timur.

Pemasangan GPS Collar ini untuk memantau pergerakan kelompok gajah, sehingga bisa membantu mengatasi konflik antara manusia dengan satwa tersebut.

Kedua gajah ini merupakan kelompok gajah yang habitatnya berada di dalam atau bersinggungan dengan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang luasnya mencapai 2,6 juta hektare itu.

Pemasangan GPS Collar pertama dilakukan pada tanggal 6 Maret 2019 di Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur.

Gajah betina yang beratnya hampir empat ton ini berhasil dipasangi GPS Collar setelah tim BKSDA Aceh dan FKL mencari gajah ini selama seharian.

Tim menemukan kelompok gajah liar ini di dalam kawasan Hak Guna Usaha (HGU) PT Atakana Company yang sebagian besar telah dirusak gajah.

Gajah menyukai lokasi ini karena banyak ditumbuhi semak belukar dan hutan tanaman muda.

Gajah yang berhasil dipasang GPS Collar ini kemudian diberi nama Nadia, mengingat GPS Collar tersebut merupakan sumbangan Nadya Hutagalung, seorang presenter terkenal yang peduli terhadap konservasi gajah.

Baca: 43 Tahun Kesepian dan Depresi, Gajah Paling Menyedihkan di Dunia Ini pun Mati

Baca: Gangguan Gajah Meluas

Baca: Guru Besar Ekologi dan Ilmu Lingkungan UGM Prof Salihuddin Jalal Tanjung Tutup Usia

Sementara gajah kedua yang dipasang GPS Collar, berasal dari kelompok yang berbeda. 

Gajah kedua ini diberi nama Meutia yang berumur sekitar 20 tahun dengan berat lebih dari 2 ton, ditemukan setelah tim seharian melakukan pencaharian pada 9 Maret 2018.

Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo dalam siaran pers yang diterima Serambinews.com, Minggu  (10/3/2019) mengatakan, pemasangan GPS Collar ini dilakukan untuk memberikan informasi posisi gajah secara berkala melalui satelit.

Salah satu tujuannya adalah memberi informasi posisi gajah sebelum masuk ke perkebunan atau lahan pertanian masyarakat.

Sehingga dapat membantu mitigasi konflik dengan manusia di wilayah sekitarnya.

Dalam jangka panjang, pemasangan GPS ini juga akan sangat bermanfaat untuk mengetahui jalur jelajah kelompok gajah itu, dan datanya dapat digunakan untuk penyusunan tata ruang di Kabupaten Aceh Timur dan sekitarnya.

Baca: Pasangan Suami Istri Inggris Mendadak Kaya Setelah Temukan Harta Sultan India di Loteng Rumah

Baca: AirAsia Berikan Kursi Gratis Juga Diskon Hingga 30 Persen, Cek Syarat dan Ketentuan di Situs Resmi

Baca: Hukum Pajak Unik di Dunia yang Masih Berlaku Hingga Kini, Jepang Punya Pajak bagi Orang Gemuk

Koordinator Perlindungan Satwa Liar Forum Konservasi Leuser, Dedi Yansyah mengatakan, pemasangan GPS Collar ini sengaja dipilih pada gajah betina dewasa.

“Karena gajah betina hidup berkelompok. Sementara gajah jantan lebih sering hidup soliter atau sendiri,” sebut Dedi.

Dedi mengatakan, FKL terus membantu pemerintah untuk meminimalisir konflik satwa liar khususnya gajah sumatera dengan manusia di Aceh Timur dan beberapa daerah lain di Aceh.

Khusus untuk Aceh Timur, Pemerintah Kabupaten Aceh Timur bersama FKL sudah membangun barrier atau parit buatan mencapai 18,6 Kilometer dari 50 Km yang direncanakan.

Parit buatan ini digali di batas hutan berstatus Area Penggunaan Lain (APL) dengan Hutan Produksi. “Sehingga gajah tidak bisa masuk ke lahan masyarakat,” ujar Dedi.

Sedangkan sekitar 30 Km barrier lagi akan dibangun oleh empat  perusahaan yang ada di wilayah itu.(*)

Berita Terkini