SERAMBINEWS.COM, COVENTRY - Perang di Suriah telah genap memasuki tahun kedelapan dengan lebih dari 370.000 orang dilaporkan telah menjadi korban tewas selama perang.
Laporan tersebut disampaikan oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), dengan menyebut sebanyak 1120.000 korban merupakan warga sipil, termasuk lebih dari 21.000 anak-anak dan 13.000 perempuan.
Konflik yang terjadi di Suriah terjadi usai gelombang protes anti-pemerintah di kota Daraa pada 15 Maret 2011.
Aksi demonstrasi yang meluas hingga ke seluruh penjuru negeri berubah menjadi konflik bersenjata setelah mendapat tindakan keras dari pemerintah yang mengerahkan pasukan militer.
Perang saudara pun pecah antara pasukan pemerintah dengan kelompok pemberontak dan semakin meluas setelah datangnya kekuatan asing maupun munculnya kelompok-kelompok militan.
Organisasi pemantau Suriah yang berbasis di Inggris itu terakhir kali merilis data jumlah korban konflik pada September lalu dengan menyebut angka korban lebih dari 360.000 jiwa.
Lebih dari 125.000 korban merupakan tentara pemerintah Suriah maupun pasukan pro-rezim dalam jumlah korban tewas terbaru.
Sementara korban dari pasukan pemberontak termasuk Kurdi mencapai jumlah 67.000 orang tewas.
Laporan SOHR menyebut sekitar 66.000 korban tewas datang dari kelompok militan, terutama ISIS dan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang didominasi mantan anggota yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
Selain korban tewas, SOHR juga menyebut konflik berkepanjangan telah menyebabkan 13 juta warga Suriah mengungsi maupun ke pengasingan, serta keriguan materiil mencapai miliaran dollar AS.
Perang di Suriah tidak hanya melibatkan pasukan pro-pemerintah dan pemberontak.
Namun juga kekuatan asing, termasuk Rusia dan Iran yang menjadi sekutu Presiden Bashar al-Assad.
Sementara koalisi pimpinan AS bergabung untuk mendukung pasukan Kurdi Suriah dalam menumpas kelompok teroris ISIS yang mulai menguasai sebagian besar wilayah Suriah pada 2014.
Kini pasukan pemberontak semakin terdesak setelah pasukan pro-pemerintah merebut sebagian besar wilayah yang dikuasai, sementara ISIS tengah menghadapi serangan terakhir dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) di benteng pertahanan terakhir mereka.
Pasukan pro-pemerintah Assad telah kembali mengendalikan hampir dua pertiga Suriah, namun sebagian wilayah utama masih berada di luar kendali rezim.
Wilayah timur laut yang kaya akan sumber minyak kini dikendalikan pasukan pimpinan Kurdi.
Sementara kawasan Idlib di barat laut masuk diduduki kelompok HTS yang dilindungi kesepakatan gencatan senjata antara Rusia dengan Turki.
Konflik berkepanjangan diperkirakan telah membawa perekonomian Suriah mengalami kemunduran hingga kembali ke masa tiga dekade lalu.
Perang juga menghancurkan infrastruktur dan melumpuhkan sumber listrik serta produksi minyak.
Baca: Romahurmuziy Terakhir Lapor Harta 9 Tahun Lalu, Jumlah Kekayaannya 11,8 Miliar
Baca: Usut dan Tangkap Penyiksa Hope, Orangutan Sumatera dengan 74 Peluru Senapan Bersarang di Tubuhnya
Kuburan Massal Berisi Jenazah Tanpa Kepala
Puluhan jenazah tanpa kepala diduga korban Negara Islam Irak dan Suriah ( ISIS) dilaporkan ditemukan di kuburan massal kawasan timur Suriah.
Dilaporkan Daily Mirror Kamis (28/2/2019), jenazah yang diduga merupakan perempuan Yazidi itu ditemukan di Baghouz yang menjadi benteng terakhir ISIS.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang terlibat dalam operasi merebut Baghouz berkata, kebanyakan dari jenazah itu merupakan perempuan yang diyakini menjadi budak ISIS.
Video yang dirilis Mirror memperlihatkan ketika anggota SDF mulai membuka kuburan massal tersebut dan mulai memeriksa jenazahnya.
Komandan SDF Adnan Afrin menjelaskan sebagian besar jenazah yang ditemukan pada Rabu (27/2/2019) dalam keadaan dipenggal.
"Ini pembantaian," terangnya kepada Reuters.
Pekan lalu, sebuah kuburan massal juga ditemukan di utara Raqqa, kota di Suriah yang pernah menjadi ibu kota kekhalifahan ISIS.
The Times memberitakan, saksi mata mengaku melihat eksekusi ISIS terhadap para sanderanya yang menggunakan rompi berwarna oranye.
Terdapat juga kabar di mana ISIS mengeksekusi para tawanan Yazidi di tengah kekalahan yang mereka derita untuk mempertahankan kawasan di perbatasan Suriah-Irak.
Kurdistan24 melaporkan, SDF mengklaim tengah "mencekik" ISIS, dengan laporan masih ada ribuan anggota yang masih bertahan, termasuk anggota asing.
Perempuan Yazidi yang menjadi korban mengisahkan bagaimana desa mereka dibakar dengan ada warga yang dikubur hidup-hidup, serta yang perempuan dijadikan budak seks.
Sejak 2014, diprediksi ada 3.000 anggota minoritas Yazidi yang menjadi korban tewas selama ISIS memproklamirkan diri dan berkuasa.
Pada Kamis, SDF mengumumkan telah membebaskan 24 rekan mereka yang ditahan oleh ISIS, serta mengamankan jalan bagi rakyat sipil untuk kabur.
Pekan lalu, petinggi Dewan Demokratik Suriah (SDC) menyatakan bakal membebaskan ratusan terduga anggota ISIS kecuali mendapat bantuan dari negara lain.
Berbicara kepada BBC, salah satu Ketua SDC Ilham Ahmed menjelaskan mereka tidak bisa bertanggung jawab tanpa menerima dukungan pihak lain.
"Sangat sulit jika melakukannya sendirian. Sumberdaya kami terbatas jika harus menahan mereka di kamp," terang Ahmed.
Baca: Usai Tangkap Ketua Umum PPP Romahurmuziy, KPK Segel Ruang Kerja Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
Baca: Satnarkoba Polres Bener Meriah Tangkap Dua Pelaku Pembawa 2,2 Kg Ganja
Baca: Tim Gabungan Polda Aceh Tangkap Tiga Tersangka Perampok Mobil Box di Peudada, Bireuen
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Delapan Tahun Perang di Suriah, Lebih dari 370.000 Orang Tewas"