Pengunjung Pasar Rakyat di Babahrot Abdya Berkurang Drastis, Ini Penyebabnya
Laporan Zainun Yusuf| Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Pasar Rakyat yang didukung fasilitas relatif lengkap menyerap anggaran miliaran rupiah dibangun tahun 2016 lalu di Gampong Pantee Rakyat, ibukota Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Pasar rakyat dengan puluhan kios dan pasar ikan dan lainnya dioperasikan tahun 2017. Awal dioperasikan, pasar rakyat di lokasi Dusun Teungoeh tersebut tampak meriah karena ramai pengunjung.
Baca: Harga Batu Bata di Bireuen Turun Drastis, Dari Rp 550 Menjadi Rp 450 Per Biji
Baca: Prabowo-Sandiaga Raih 84,5 Persen Suara di Tamiang
Baca: Unsyiah Games IV Pertandingkan 13 Cabor
Saat itu, seluruh pedagang di pasar lama di Dusun Pasar dipindahkan ke bangunan Pasar Baru yang areal lumayan luas dan kios ditempati secara gratis.
Sekitar satu tahun kemudian, jumlah pengunjung berkurang dan hingga sekarang suasana pasar tampak sepi.
Pantauan Serambinews.com, sejumlah pedagang dilaporkan gulung tikar dan tidak memiliki modal untuk memulai usaha baru, dan banyak pula pedagang hengkang, kemudian buka usaha di luar lokasi pasar tersebut.
Beberapa pedagang yang masih bertahan di lokasi pasar hanya terbatas pedagang sayur-sayuran dan kebutuhan dapur lainnya. Puluhan kios permanen dalam kondisi tutup, sejumlah anak-anak tampak bemain di teras kios, hanya dua atau tiga kios yang buka usaha pakaian jadi. Bangku permanen sebagai tempat jual ikan dalam keadaan kosong melompong.
Salah seorang pedagang menjelaskan, pengunjung terus berkurang akibat kurang tegas pihak Pengelola, Aparatur Gampong Pantee Rakyat dan Anggota Muspika Babahrot, termasuk Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Abdya. Sebab, ketika awal beroperasi, pasar tersebut tampak semarak karena pengunjung atau pembeli dalam jumlah lumayan banyak.
Kemudian, jumlah kunjungan menurun drastis. Penyebabnya, kata pedagang yang bertahan di lokasi dikarenakan para pedagang ikan (muegee) ‘dibiarkan’ berjualan di luar pasar atau di tepi jalan raya, seperti di Simpang Alue Mentri, di pinggir jalan nasional (jalan raya di beberapa titik) antara Pasar Buah sampai jembatan Alue Beuringen.
Padahal, ketersedian ikan basah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat mengunjungi pasar, sekaligus membelanjakan beragam kebutuhan rumah tangga. Dampak dari tidak ditertibkan pedagang ikan basah yang membuka lapak di luar, satu persatu pedagang menutup kios dalam kompleks pasar, kemudian pindah ke luar. “Kios yang sebagian besar telah tutup itu, kemudian difungsikan sebagai gudang,” kata salah seorang pedagang yang enggan disebut namanya.
Sementara Pj Keuchik Gampong/Kades Pantee Rakyat, M Zakir Syah dihubungi Serambinews.com, Jumat (19/4/2019) mengakui kalau pengunjung Pasar Babahrot tersebut terus berkurang.
M Zakir Syah yang dilantik sebagai Pj Keuchik Pantee Rakyat pada 21 Maret 2019 lalu tidak tahu penyebab pasti sehingga pasar tersebut kurang menarik bagi pengunjung. “Pernah dilakukan penertiban pedagang ikan untuk berjualan di dalam pasar, namun pengunjung juga tak kunjung meningkat,” katanya.
Padahal, pasar bisa diakses dari sejumlah sisi. “Selain melalui gerbang depan lapangan bola, juga bisa dijangkau dari jalan depan rumah Khairon (jalan nasional), dan dari Simpang Lhok Meukek dan seluruh akses jalan tersebut sudah beraspal,” kata M Zakir Syah.
Selain itu, informasi diperoleh Pj Keuchik Gampong Pantee Rakyat itu bahwa pedagang yang menempati kios dalam pasar tersebut belum dikutip retribusi alias gratis, tapi usaha tidak juga berkembang. ”Akhirnya, pihak syahbandar pasar sudah malas mengurusnya,” ucap M Zakir.(*)