Warga yang mengantar Harun pun tidak menuliskan identitasnya saat menyerahkan jenazah.
Mengadu ke DPR, Keluarga Keluhkan Sulitnya Pengambilan Jenazah Harun
Keluarga Harun Al Rasyid, korban tewas unjukrasa Pemilu Presiden 22 Mei 2019 mendatangi kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, (27/5/2019).
Mereka mengadukan kematian Harusn dalam aksi unjukrasa yang berujung rusuh tersebut.
Ayah korban, Didin Wahyudin yang mengenakan batik coklat lengan pendek lengkap dengan peci hitam diterima oleh Fadli di ruang pimpinan, lantai 3 Gedung Nusantara 3, Kompleks Parlemen.
Keluarga korban meninggal dunia yang terjadi saat aksi unjuk rasa hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 menemui Wakil Ketua DPR Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/5/2019). Saat pertemuan, ayah dari almarhum Harun Al Rasyid (15), Didin wahyudin, berharap pemerintah dapat memberikan keadilan dengan mengusut tuntas kasus anaknya itu. (KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO)
Didin menceritakan bahwa Harun merupakan anak laki laki satu-satunya.
Begitu mendengar anak keduanya tersebut meninggal, Didin mengaku sangat terpukul.
"Perih buat saya perih sekali, ketika saya dikabarkan bahwa anak saya sudah dalam keadaan jadi jenazah di Polsek Kramat Jati, tadinya dikabarkan di RS Dharmais karena tidak ada identitas katanya, ada di Rumah Sakit Kramatjati," katanya kepada Fadli Zon.
Saat terpukul tersebut, Didin mengaku bingung karena jenazah anaknya tidak bisa dibawa malam itu juga atau Kamis, (23/5/2019). Jenazah baru bisa diambil keesokan harinya.
"Padahal malam itu saya pingin sekali anak saya buru-buru dibawa pulang," katanya.
Mengetahui jenazah anaknya tidak bisa dibawa pulang, Didin mengaku sangat lemas.
Oleh karena itu, ia kemudian meminta adik dan ayahnya untuk mengambil jenazah pada hari Jumat.
Namun lagi-lagi, prosedur untuk mengambil jenazah sangat rumit.
Adiknya harus membawa surat pengantar dari Polres Jakarta Barat.