Laporan Dede Rosadi | Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Beralas kardus Sule duduk di luar pagar masjid Agung Nurul Makmur Kabupaten Aceh Singkil, di Jalan Bahari Pulau Sarok, Singkil, Senin (29/7/2019).
Agar kulitnya terlindung dari sengat matahari yang tepat berada di atas ubun-ubun ia berteduh di bawah pohon mahoni yang tumbuh rindang.
Dua karung goni berisi bendera merah putih, umbul-umbul serta background teronggok di sampingnya.
Menarik perhatian pelintas, lelaki asal Suka Bumi, Jawa Barat itu memanfaatkan batang mahoni sebagai tempat mengikat barang dagangan aksesoris khas kemeriahan menyambut 17 Agustus.
Berita terkait
Baca: Suka Duka Perempuan Penjual Bendera Merah Putih di Aceh, Usianya Seumur Republik Indonesia
Baca: Penjual Bendera Menjamur
Baca: Terkait Kasus Bendera, GP Ansor: Banser Tertibkan Oknum yang Membawa Bendera Selain Merah Putih
Sudah sepekan lelaki 41 tahun itu, berjualan bendera merah putih, umbul-umbul dan backgroud.
Sayang nasib baik belum sesuai dengan usaha nekatnya naik bus sejauh ribuan kilometer dari tanah Jawa menuju Aceh Singkil.
Sehari paling laku satu.
Tentu saja hanya cukup untuk membeli makanan pengganjal perut.
"Belum tahu bisa pulang atau tidak, hanya cukup untuk makan saja," kata Sule.
Berita terkait lainnya
Baca: Tolak Bendera Merah Putih di Asrama, Aliansi Mahasiswa Papua vs Ormas di Surabaya Ricuh
Baca: Bela Indonesia? Paul Pogba Cat Bendera Merah Putih di Rambut Barunya
Baca: Sejak Ayahnya Dieksekusi Mati, Anak Amrozi Dendam dan 10 Tahun Tak Mau Hormat Bendera Merah Putih
Kendati nasibnyabnya belum seberuntung Sule sang tokoh lawak terkenal Indonesia.
Sule asal Suka Bumi ini, mengaku tak putus asa.
Harapanya tetap menyala ketika mendengar kabar pembelian aksesoris perayaan hari kemerdekaan bisanya ramai sepekan menjelang hari H.
"Katanya seminggu mau 17-an baru ramai, mudah-mudahan saja," ujarnya.