Pada November 2018, laporan dari Komisi Strategi Pertahanan Nasional kepada Kongres AS menunjukkan Washington bakal kesulitan, dan mungkin kalah jika melawan China atau Rusia.
Enam bulan kemudian, laporan tahunan Pentagon menyatakan Beijing tengah berambisi membangun militer kelas dunia dan menjadi saingan di kawasan Indo-Pasifik.
Dalam laporannya, Kementerian Pertahanan AS menyebut China berencana mempunyai setidaknya 2.000 rudal jarak pendek, menengah, dan panjang yang bisa menjangkau target laut maupun darat.
Studi itu mempertanyakan kemampuan negara pimpinan Presiden Donald Trump untuk mengimbangi kemajuan Negeri "Panda" dan memperingatkan mereka menghadapi krisis.
Baca: Iran Pamer Rudal Terbaru, Siap Melawan Bila Diserang Amerika Serikat
Laporan itu memaparkan Gedung Putih seharusnya bisa mempertimbangkan memperkuat armada bawah laut mereka ketika permukaan menjadi mematikan karena penyebaran rudal hipersonik China.
Tetapi Kepala Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Phil Davidson, berkata kepada Kongres Maret lalu bahwa dia hanya mendapat setengah kapal selam yang dia butuhkan.
Karena itu, sangat penting jika negara sekutu seperti Australia maupun Jepang perlu meningkatkan diri untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan AS.
"Selain itu, Washington juga membutuhkan dukungan signifikan dan berkelanjutan dari mitra dan sekutu regional mereka untuk menangkal China," jelas laporan tersebut.
Sebagai contohnya, Canberra bisa meningkatkan produksi kapal selam mereka yang sangat ideal untuk menggelar operasi di kawasan pesisir seperti Laut China Selatan.(*)
Baca: Uji Coba Rudal Keenam Sukses, Kim Jong Un Sangat Puas, Analis: Bentuk Tekanan Pada Korsel dan AS
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Jika Terjadi Konflik, Rudal China Bisa Merontokkan Pangkalan AS di Asia dalam Hitungan Jam