Laporan Rahmat Saputra I Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Sejumlah guru terpencil dan tertinggal di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sejak beberapa bulan terakhir tidak menerima tunjangan.
Ketua Koalisi Barisan Guru Bersatu (KoBar-GB) Abdya, Rusli mengatakan bahwa banyak guru mengeluh, mereka tidak mendapatkan tunjangan khusus sejak beberapa bulan terakhir.
"Harusnya mereka dapat, karena rekan yang satu tempat mengajar, mendapatkan honor tersebut. Ini kan aneh, satu sekolah, namun ada yang dapat ada yang tidak, ini ada apa," ujar Ketua KoBar GB Abdya, Rusli seusai mengikuti upacara Hari Pendidikan Daerah.
Untuk itu, ia memimta kepada dinas terkait agar memantau dan mendata ulang tentang guru garis depan terluar, terdepan, dan tertinggal (GGD 3T) di Abdya.
"Ini menyangkut honor, dan sangat sensitif, harusnya semua dapat, ini anehnya yang baru masuk dapat honor, yang sudah lama mengajar tidak ada, sehingga patut diduga ada permainan," sebutnya.
Baca: Mantan Anggota DPRK Aceh Singkil Tiga Periode Ini Sulap Pekarangan Rumah Jadi Ladang Uang
Baca: Songsong Laga Perdana Babak 12 Liga-3, 18 Pemain PSLS Berangkat ke Langsa
Baca: Dipukuli, Dilempari Hingga Pecah Kaca Bus di Banten, Begini Kronologis Kejadian Menurut Persiraja
Bahkan, Rusli menilai, dalam penetapan sekolah tertinggal dan sekolah sangat tertinggal di Abdya tidak sesuai fakta di lapangan.
"Data ini harus dievaluasi. Ini penting, karena sangat berimbas kualitas guru dalam proses belajar dan mengajar, terlenih yang benar-benar terpencil, tapi tidak dapat," ungkapnya.
Menurut Iliek sapaan akrab Rusli, jika data sekolahnya salah, maka penerima honor atau tunjangan juga akan salah.
Fakta di lapangan, Iliek menemukan sekolah yang jauh masuk ke pedalaman, tidak masuk dalam SK sekolah tertinggal maupun sekolah sangat tertinggal, anehnya, sekolah yang berada di pinggir jalan, dianggap sekolah tertinggal.
"Ini tidak adil, dan melukai hati guru pedalaman," tegasnya.
Harus diakui, kata Rusli, guru daerah pedalaman dengan guru di kota-kota tidak jauh berbeda, malahan cenderung lebih keras kerja mereka yang di pedalaman, dengan berbagai rintangan, tantangan serta semua keterbatasan masyarakat menilai akan pentingnya pendidikan.
Untuk itu, Rusli berharap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Abdya dengan memomentum Hardikda ini, bisa mengevaluasi ulang penetapan sekolah sangat terpencil dan sangat terpencil tersebut.
"Momentum Hardikna momentum dinas berbenah, jangan ada ketimpangan lagi, apalagi ada yang dapat dan tidak tunjangan, ini kan tidak adil. Ketika ada uang seperti ini, haruslah tepat sasaran, jangan dipotong, apa lagi hak mereka diambil orang lain, ini memprihatinkan, dan harus segera dibenah," pungkasnya. (*)