Sistem Pendidikan Terpadu (SPT) adalah salah satu wujud implementasi visi misi pasangan Mawardi Ali-Waled Husaini pada saat pilkada lalu, yaitu ingin mewujudkan pendidikan diniyah ba’da zuhur atau selepas jam sekolah reguler di Aceh Besar. Dengan program ini, sekolah di Aceh Besar akan memadukan pendidikan umum dengan pendidikan agama.
Wakil Bupati Aceh Besar, Tgk Husaini Abdul Wahab mengatakan, program SPT ini merupakan pondasi dasar untuk pelaksanaan syariat Islam secara kaffah di Aceh Besar. Program SPT ini menjadi salah satu sarana untuk memberi pemahaman tentang ilmu agama kepada generasi Aceh Besar.
Kata Waled Husaini, ada beberapa hal penting dan mendasar yang harus dimasukkan dalam kurikulum program diniyah atau SPT ini, yaitu harus fokus dalam mengajarkan tauhid, aqidah, tasawuf, dan fiqih. Menurutnya, ketiga bagian itu merupakan persoalan yang sangat penting dan mendasar yang harus diketahui dan dipahami oleh generasi masa depan Aceh Besar.
Tauhid, lanjut Waled, adalah hal dasar yang perlu dipelajari oleh semua orang. “Kalau kita tidak tahu soal tauhid, bagaimana cara mau beragama,” ujarnya.
Kemudian fiqh, sangat penting dalam menuntun anak-anak generasi masa depan Aceh Besar agar tetap paham terhadap tata cara ibadah yang benar sesuai dengan syar’i. Sedangkan tasawuf dibutuhkan sebagai ilmu untuk merawat ibadah. “Anak-anak kita jangan sampai cuma tau sekedarnya tentang agamanya. Kalau kata orang tua kita dulu, harus paham soal akidah 50, cuma yang wajibnya ini,” ujar Waled Husaini.
Umara dari kalangan ulama ini menjabarkan beberapa hal yang perlu diajarkan dalam program SPT. Antara lain, cara memandikan mayat serta beberapa hal fardhu kifayah lainnya. “Setidaknya mereka harus bisa memandikan jenazah orang tua sendiri. Jangan sampai ke depan nanti di Aceh Besar ini, anak-anak kita harus mengupah orang lain untuk memandikan dan memfardhukifayahkan orang tuanya,” ujar Waled Husaini.
Menurutnya, pemerintah memang memiliki tanggung jawab dalam memelihara agama dan negara. Termasuk memastikan tetap adanya generasi yang bisa melaksanakan fardhu kifayah di Aceh Besar. “Jika (generasi itu) tidak ada lagi, maka pemerintah juga akan dosa besar, karena pemerintah juga bertanggung jawab dalam memelihara agama dan negara,” ujarnya.
Waled Husaini juga mengingatkan semua pihak akan penting mengajarkan pendidkan agama yang kuat kepada anak-anak generasi masa depan, guna membuat pondasi pelaksanaan syariat Islam yang kaffah di Aceh Besar. Karena, kata Waled Husaini, dengan adanya pemahaman agama Islam yang kuat, maka mereka juga akan paham mengenai pentingnya penegakan syariat Islam.
Melalui program itu, Pemkab Aceh Besar juga mewujudkan cita-citanya di masa depan, bahwa Aceh Besar tidak hanya menciptakan generasi yang intelektual, tapi juga harus memiliki keagamaan yang kuat.
Katanya, Program itu juga sebagai wujud pemberdayaan dayah, terutama mereka santri Aceh Besar. Meskipun saat ini belum semua guru dalam program SPT tersebut berasal dari santri dayah.
Ia berharap, program SPT dapat memberdayakan santri pesantren di daerah tersebut, dengan berkoordinasi dan memintanya melalui pimpinan dayah. Sehingga anak-anak generasi Aceh Besar ini diajarkan agama oleh orang yang memang sudah paham hukum agama.(*)