Pola kejadian terdamparnya paus di bagian utara dan selatan Sabu Raijua, hampir sama yaitu paus memasuk kolam air di belakang fringing reef yang terdapat ikan kecil dan plankton.
"Setelah air surut, paus yang berukuran besar ini sulit kembali dan mengalami kekeringan sehingga sebagian tubuh bagian atas berada pada udara terbuka dan terkena sinar matahari sehingga akan mengalami dehidrasi dan kehilangan energi," ungkap Ikram kepada Kompas.com, Sabtu (12/10/2019) petang
SERAMBINEWS.COM - Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang, berhasil mengungkap penyebab terdamparnya 17 ekor paus di Pantai Koloudju, Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kepala BKKPN Kupang Ikram Sangadji, mengatakan, Perairan Sabu Raijua merupakan salah satu daerah distribusi mamalia laut terutama lumba-lumba dan paus.
Berdasarkan catatan BKKPN Kupang lanjut Ikram, kejadian stranding atau terdamparnya mamalia di Sabu Raijua selalu terjadi di wilayah utara dan selatan pulau Sabu dengan kisaran waktu dua tahun, yakni pada Bulan Mei dan Oktober.
• Menag RI Jumpa Paus di Vatikan, Ini yang Disampaikan Lukman Hakim Saifuddin
Menurut Ikram, karakteristik perairan berkarang dan luasnya daerah intertidal yang didominasi oleh tipe fringging reef, memudahkan paus mengalami stranding jika memasuki daerah intertidal pada saat pasang tertinggi.
Pola kejadian terdamparnya paus di bagian utara dan selatan Sabu Raijua, hampir sama yaitu paus memasuk kolam air di belakang fringing reef yang terdapat ikan kecil dan plankton.
"Setelah air surut, paus yang berukuran besar ini sulit kembali dan mengalami kekeringan sehingga sebagian tubuh bagian atas berada pada udara terbuka dan terkena sinar matahari sehingga akan mengalami dehidrasi dan kehilangan energi," ungkap Ikram kepada Kompas.com, Sabtu (12/10/2019) petang.
Belasan paus itu lanjut Ikram, jenis paus pilot yang berukuran 3,40 hingga 4,40 meter.
• Tenggelam di Bekas Kolam Galian Ekskavator, Dua Bocah di Aceh Selatan Meninggal Dunia
Dari 17 paus kata Ikram, pemerintah dan masyarakat berhasil menyelamatkan 10 ekor paus.
Namun tujuh ekor tidak dapat diselamatkan, karena keterbatasan sarana dan kondisi perairan surut terendah.
"Paus yang mengalami kematian, disebabkan karena berada terlalu lama di udara terbuka pada saat surut, sehingga diduga dehidrasi dan pada bagian tubuh mengalami luka lecet, akibat benturan pada batu karang pada saat dievakuasi, menunjukan ada kesalahan cara penanganannya,"ungkap Ikram.
• Saksikan Festival Aceh Internasional Percussion, Ribuan Warga Padati Stadion Cot Gapu Bireuen
Diambil Dagingnya
Ikram mengatakan, dari tujuh ekor paus yang mati, satu ekor dipotong dan diambil dagingnya oleh masyarakat.
Setelah diberikan pemahaman dan pengamanan oleh Polsek Sabu Barat, maka enam ekor bangkai paus dapat diamankan untuk dilakukan proses penguburan di sekitar lokasi tersebut.