Lewat komunitas sosial yang didirikannya dua tahun silam, Pesawat Kertas, Fahry dan teman-teman menggagas ‘Beasiswa Sampah’ bagi murid-murid tak mampu.
Gagas ‘Beasiswa Sampah’, Fahry Purnama Wakili Aceh ke Ajang Kepemudaan di Spanyol
Laporan Eddy Fitriady | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Usianya baru 24 tahun, namun pemuda santun bernama lengkap Fahry Purnama ini sudah menorehkan prestasi mentereng di kalangan aktivis sosial.
Lewat komunitas sosial yang didirikannya dua tahun silam, Pesawat Kertas, Fahry dan teman-teman menggagas ‘Beasiswa Sampah’ bagi murid-murid tak mampu.
Perjuangannya itu pun kini mendapat apresiasi luar biasa dari pemerintah maupun lembaga sosial internasional.
Fahry terpilih sebagai awardee (penerima penghargaan) Sustainable Development Goals Pemuda Indonesia Penggerak Perubahan (SDG PIPE) Tahun 2019 bersama sembilan pemuda lainnya dari Indonesia.
Pemuda Aceh Besar ini menjadi satu-satunya perwakilan Aceh, bahkan Sumatera, yang berhak mengikuti local & international field training di Spanyol, 1-18 November 2019.
• Pemko Langsa Terima Penghargaan dari BNPB Atas Komitmen Pengurangan Risiko Bencana
• Reaksi Prabowo Subianto saat Surya Paloh Ditanya Apakah Gerindra Oposisi atau Ikut Pemerintah
• Pemkab Nagan Raya Salurkan Bantuan Masa Panik untuk Korban Banjir
Sebelum berangkat ke negeri Matador itu, ke-10 pemenang akan diberi penghargaan saat ‘Awarding Night’, sebagai acara puncak SDG PIPE pada 28 Oktober 2019.
Selanjutnya, mereka akan mendapat program inkubasi dan mentoring bersama Campaign dan PIRAC pada 29-31 Oktober 2019 di Jakarta, hingga akhirnya terbang ke Spanyol.
Kepada Serambinews.com, Minggu (13/10/2019), Fahry Purnama mengungkapkan rasa bahagianya dapat terpilih sebagai pemenang SDG PIPE 2019.
”Ini menjadi sebuah pencapaian dan kebanggaan tersendiri bagi saya. Prestasi ini tidak terlepas dari kontribusi tim Pesawat Kertas dan partisipasi masyarakat Aceh dalam mendukung gerakan kami selama ini,” ucapnya.
Sarjana Teknik Kimia Unsyiah ini secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh yang telah mendukung komunitasnya selama ini.
“Semoga apa yang saya dan tim pesawat kertas lakukan dapat menginspirasi anak muda Aceh lain untuk melakukan perubahan-perubahan nyata untuk Aceh,” tambahnya.
Karena menurut Fahry, peran pemuda sebagai generasi penggerak perubahan sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.
“Teruslah berbuat baik sekecil apapun itu, karena kita tidak tahu kebaikan kecil mana yang akan mengantarkan kita ke surga,” pesan Pemuda Pelopor Aceh 2019 ini penuh makna.
Fahry pun menceritakan awal mula dirinya tergerak untuk mendirikan komunitas Pesawat Kertas.
“Nama Pesawat Kertas punya filosofi yaitu dengan kertas bekas, kami bisa menerbangkan mimpi-mimpi anak negeri,” kenangnya sambil tersenyum.
Mereka melihat intensitas penggunaan kertas di masyarakat setiap tahunnya meningkat.
Tetapi sampah kertas yang dihasilkan itu tidak dimanfaatkan secara maksimal, sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
“Kemudian kami berinisiatif untuk mengumpulkan sampah-sampah kertas itu melalui gerakan sedekah sampah untuk diolah menjadi produk kreatif dan sebagian lagi dijual untuk program Beasiswa Sampah,” ujar Fahry.
Melalui beasiswa sampah itu, pihaknya memberikan sepatu, tas, dan baju sekolah untuk anak-anak kurang mampu di Aceh.
Seperti diketahui, program SDG PIPE bertujuan memberikan apresiasi kepada para inovator muda Indonesia yang sudah memulai gerakan maupun usaha sosial untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Program itu dicetuskan oleh Go Global Indonesia, sebuah organisasi nirlaba yang memiliki visi untuk mengembangkan masyarakat penggerak perubahan melalui pembelajaran antarbudaya. (*)