Laporan Asnawi Luwi | Aceh Besar
SERAMBINEWS.COM, JANTHO - Kawasan pedalaman di Pulo Aceh, Aceh Besar, tidak memiliki pasar tradisional dan bank.
Akibatnya, perputaran perekonomian tidak maksimal.
Tokoh Masyarakat Pulo Aceh, Bismi Aulia Spd, kepada Serambinews.com, Rabu (23/10/2019) mengatakan, di Pulo Aceh mereka tidak memiliki pasar tradisional dan hanya tersedia toko yang menjajakan dagangan sembako.
Karena tidak adanya pasar tradisional ini, sehingga hasil tangkapan ikan nelayan tidak bisa dipasarkan di Pulo Aceh.
Akibatnya, ikan laut tangkapan nelayan itu harus dijual ke Banda Aceh.
Selain itu, juga sayur-mayur sangat sulit diperoleh masyarakat karena tidak ada pasar sayur-mayur yang rutin diperjualbelikan, bahkan untuk gas elpiji bersubsidi isi tiga kilogram saja harganya mencapai Rp 35.000 per tabung.
• DAS Krueng Meureudu Pidie Jaya Makin Parah Digerus Banjir, Kebun Hingga Kuburan Amblas ke Sungai
• Setwan Jadwalkan Pelantikan Pimpinan DPRK Subulussalam Senin Pekan Depan
• Cuaca Buruk, Kapal Penyeberangan Tak Berlayar di Simeulue
Akibatnya roda perekonomian rakyat tidak maksimal.
Bukan hanya pasar tidak mereka miliki, tetapi bank saja tidak tersedia, sehingga perputaran uang sistem transaksi juga sangat mempengaruhi perputaran uang di tengah masyarakat.
Menurut dia, di Pulo Aceh Pemkab Aceh Besar diharapkan dapat memprogramkan untuk membangun pasar tradisional dan bank sebagai transaksi masyarakat di kawasan terpencil dan terisolir tersebut.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRK Aceh Besar, Zulfikar Aziz SE, mengatakan, eksekutif dan legislatif dapat bersinergi untuk fokuskan pembangunan kawasan terisolir Pulo Aceh.
Keberadaan pasar tradisional sangat penting di daerah itu, untuk mendorong roda perekonomian masyarakat. (*)