Orang-orang tua yang menganut ugamo permalim itu hidup santai dan bersahaja. Makan dari hasil bertani dan berkebun. Tak ada yang mereka takutkan dengan agama dan kepercayaan mereka. Mereka genggam erat adat, mereka berkumpul, dan berdoa, sesekali menyampaikan berbagai cerita sejarah keberanian perang Raja Sisingamangaraja XII, dongeng-dongeng, dan puisi, di rumah ibadah mereka yang amat sederhana.
Mereka tetap tenang, meski usia kian senja dan barangkali ugamo mereka bakal punah. Asap dupa dan rokok tetap mengepul!