Kupi Beungoh

Hubungan Aceh dan Turki dalam Pandangan Orang Khasmir, Sejarah yang Sangat Kaya dan Menarik

Penulis: Zainal Arifin M Nur
Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase foto Aqib Farooq Mir, warga Khasmir yang senang mempelajari sejarah Aceh.

Aceh juga memainkan peran penting dalam pengembangan dan penyebaran Islam ke seluruh Kepulauan Melayu.

Soal Makam Kuno di Belantara Aceh Besar, Boleh Jadi Pusara Pendiri Kesultanan Aceh Darusalam

VIDEO - Prosesi Pemakaman Pewaris Kesultanan Aceh, Teungku Putro Safiatuddin Cahya Nur Alam

Ekspedisi Ottoman ke Aceh dimulai dari 1565, ketika Kesultanan Ottoman mencoba untuk mendukung kesultanan Aceh dalam perjuangannya melawan Belanda.

Ekspedisi ini sebagai tindak lanjut atas kedatangan utusan yang dikirim oleh sultan Aceh (Alauddin Riayat Syah al-Kahhar) ke sultan Ottoman (Suleiman the Magnificent) pada 1564.

Utusan itu dikirim untuk meminta dukungan Ottoman kepada Aceh yang sedang berperang dengan Belanda.

Ketika seluruh Timur Tengah berada di bawah kendali kekuasaan Ottoman, kerajaan ini dianggap sebagai tempat suci Islam di Arab.

Sultan Utsmaniyah melihat diri mereka pelindung seluruh dunia Muslim.

Dalam suratnya, Sultan Ali Riayat Syah dari Aceh menyebut penguasa Ottoman sebagai Khalifah Islam.

Hubungan antara Kekaisaran Ottoman dan Kesultanan Aceh tidak terbatas pada kerja sama militer.

Tapi juga untuk mendukung penyebaran dan penerapan ajaran Islam di wilayah kesultanan Aceh.

Banyak sarjana Islam dari Mesir, Yaman, dan Gujarat datang ke Aceh untuk mengajar Islam.

Sultan Aceh menyambut hangat semua cendekiawan Islam.

Sekolah-sekolah Islam berkembang di seluruh pelosok kesultanan Aceh.

Bahasa Arab menjadi tersebar luas di kalangan elit Aceh.

Perlahan, bahasa Arab menjadi bahasa resmi Kesultanan.

Aceh menjadi pusat utama pembelajaran Islam.

Halaman
1234

Berita Terkini