Jokowi, Abusyik, dan Millenial Disruption
Oleh H. Mulyadi Nurdin, Lc, MH*)
ADA beberapa alasan kenapa penulis membandingkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Bupati Pidie Roni Ahmad yang akrab disapa Abusyik).
Di antaranya adalah kesamaan personality, background, proses politik hingga ide dan gagasan yang disampaikan dalam narasi publik.
Membandingkan seorang Presiden dengan seorang bupati dalam konteks ini tidaklah berlebihan.
Karena Jokowi yang memenangi Pemilihan Presiden Indonesia dua kali berturut-turut, awal mulanya juga berasal dari rakyat biasa dan pernah menetap di Aceh.
Awalnya tidak ada yang membayangkan seorang Jokowi yang bukan siapa-siapa akan menjadi Presiden negara Muslim terbesar di dunia ini.
Namun tidak ada yang mutahil jika Allah berkehendak.
Mulai meniti karir dari wali kota Solo, kemudian Gubernur DKI Jakarta, Jokowi mulus melenggang ke Istana Negara.
Ia mengalahkan para tokoh besar yang sudah lebih dulu dikenal luas oleh publik.
• Video - Pamer Hasil Racikannya di Kebun Coklat, Abusyik Berbagi Pengalaman dengan Petani
• Abusyik Terima DIPA Rp 1,76 Triliun, Dana Desa 2020 untuk Pidie Capai Rp 532,6 miliar
Selalu viral
Salah satu unsur kesamaan antara Abusyik dengan Jokowi adalah branding.
Branding yang dibangun oleh tim Jokowi selalu berhasil menyita perhatian besar dari publik khususnya pengguna media sosial dengan berbagai isu dan kegiatan yang mendapat sorotan luas media massa.
Misalnya ketika menggunakan brand baju kotak-kotak ketika maju sebagai calon Gubernur DKI.
Demikian halnya dengan Abusyik yang berhasil membangun branding “kupiah mirah” yang begitu populer dan viral di media sosial, sehingga menjadi simbol bagi eksistensi seorang Abusyik yang mengantarnya menjadi orang nomor satu di Pidie.
Kesamaan lain adalah keduanya sering tampil natural apa adanya dan kerap terlepas dari keprotokolan.
Jokowi sering mendobrak keprotokolan ketika melakukan kegiatan di Istana negara maupun di daerah kunjungannya.
Abusyik sempat dihebohkan dengan sikapnya yang meminta pengadaan mobil dinas jenis Hiace pada tahun 2017.
Padahal saat itu APBK Pidie sudah mengalokasikan anggaran pengadaan mobil dinas bupati seharga 1 milyar Rupiah.
Hal itu ditolak Abusyik dan memilih disediakan jenis Hiace dengan harga sekitar 400 juta Rupiah.
Kesamaan lain Jokowi dan Abusyik adalah selalu blusukan ke daerah pedalaman.
Hal inilah yang membuat Jokowi sukses melenggang ke Istana Negara karena mendapat simpati luas dari publik.
Dalam beberapa momen hal serupa juga dilakukan Abusyik, yang lebih memilih kegiatan bersama masyarakat bawah daripada kegiatan bersama elit.
Dalam garis politik, Abusyik juga dikenal sebagai pendukung Jokowi dalam proses Pilpres.
• Sosok Kapten Teddy Indra Wijaya, Ajudan Jokowi Jadi Lulusan Terbaik Sekolah Militer Amerika Serikat
• Presiden Jokowi Akui Target Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun Ini Sulit Terealisasi
Kesamaan ide
Ada kesamaan ide dan gagasan yang selalu disampaikan Jokowi dan Abusyik dalam berbagai pidatonya.
Misalnya pesan Presiden Joko Widodo saat memperkenalkan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10/2019), yang secara garis besar dapat dirangkum dalam tujuh poin utama, yaitu:
Pertama, jangan korupsi
Kedua, tidak ada visi misi menteri yang ada visi misi presiden dan wakil presiden
Ketiga, harus kerja cepat dan produktif
Keempat, jangan terjebak pada rutinitas
Kelima, kerja berorientasi hasil nyata
Keenam, selalu mengecek permasalahan di lapangan
Ketujuh, harus serius dalam bekerja.
Sementara Abusyik saat melaunching program Petaba On di Oproom Kantor Bupati Pidie, Selasa (30/04/2019) mengatakan, bahwa seluruh warga negara berhak mendapatkan dokumen kependudukan, sebagai perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi, dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan.
Seiring dengan kebutuhan masyarakat yang semakin dinamis, pemerintah dalam hal ini birokrasi harus selalu tanggap dengan berinovasi, menciptakan layanan yang memudahkan masyarakat.
Ada pesan kuat untuk selalu berinovasi dan memberikan layanan dan mempermudah masyarakat.
Jokowi dan Abusyik sama-sama ingin adanya perubahan besar dalam proses layanan publik.
Misalnya pada saat membuka rapat koordinasi (rakor) petani tentang jadwal tanam padi yang dilaksanakan di oproom bupati Pidie, Senin (16/9/2019), Abusyik menyebutkan, saat ini yang dibutuhkan adalah pejabat dan aparatur sipil negara (ASN) yang memiliki kontribusi positif dan melahirkan inovasi bagi daerah.
Bagi ASN yang hanya duduk dan banyak bicara, akan dievaluasi untuk dinonjobkan.
• Abusyik Terima Penghargaan BKN RI, On Time Usul Kenaikan Pangkat PNS
• Abusyik Kukuhkan Pejabat, Empat tidak Dilantik
Sementara pesan Abusyik saat mengukuhkan kepengurusan Forum Komunikasi Generasi Muda Pidie (Fokusgampi) Banda Aceh periode 2019-2021 di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Jumat (25/10/2019) malam, mempertegas pentingnya peran pemuda dalam pembangunan.
"Pemerintah pidie mengajak kepada Fokusgampi untuk ikut membangun dan bersinergi bersama demi kemajuan pidie. Kami berharap lebih banyak peran aktif dari anak muda dalam pembangunan SDM, keberhasilan pemerintah hari ini tidak dapat dilakukan sendirian tetapi juga dengan dukungan dari berbagai pihak," katanya.
• Kukuhkan Pengurus Fokusgampi, Ini Pesan Bupati Pidie Abusyik
Jokowi dan Abusyik sama-sama tergolong Anti mainstream (out of the box), alias tidak suka monoton dengan apa yang sudah menjadi rutinitas.
Misalnya statement Abusyik saat membuka ujian tulis lelang jabatan pratama tinggi (JPT) atau eselon II di Kantor Diklat Pidie, Senin (16/9/2019), ia menegaskan supaya Pejabat itu yang peka, peduli dan responsif terhadap permasalahan dalam kehidupan masyarakat, seperti kesehatan, pertanian, lingkungan hidup dan pendidikan.
Di samping itu juga pejabat mau bekerja keras dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Terutama mampu menerjemahkan konsep pembangunan dalam visi dan misi pemerintah yang telah dituangkan dalam RPJMD sesuai dengan sektor dan subsektor masing-masing.
Di samping itu harus mampu melahirkan inovasi baru tidak hanya copy paste program yang sudah dilakukan orang terdahulu.
Nenek moyang kita sudah meletakkan dasar di sektor perkebunan, pertanian, kelautan, lalu apa inovasi kita di sektor yang sudah ada tersebut.
Secara umum ide dan gagasan sudah dituangkan berulang-kali oleh Abusyik dengan narasi dan gaya bahasa yang berbeda-beda, yang makna dan maksudnya hampir sama.
Hanya saja mampukah semua ide dan gagasan itu diimplementasikan dalam bentuk kerja nyata Pemerintah Kabupaten Pidie sehingga bermanfaat bagi masyarakat?
• Hapus Video Gadis Ini yang Kritik China atas Penanganan Muslim Uighur, TikTok Minta Maaf
Why Milenial?
Kesuksesan roda pemerintahan ke depan sangat ditentukan sejauh mana merangkul kaum milenial dalam proses pembangunan.
Karena mereka adalah masa depan bangsa yang memiliki preferensi sendiri tentang kehidupan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2015 jumlah penduduk yang masuk dalam golongan millenial (kelahiran antara 1980-2000) mencapai 33%, dan diprediksi pada tahun 2020 porsi populasinya akan menjadi yang tertinggi di Indonesia.
Kini muncul istilah Millenials Kill everything yang menghantui bisnis dan industri dunia.
Betapa tidak, banyak industri raksasa yang gulung tikar gara-gara ditinggalkan oleh kaum millenial dikarenakan perubahan gaya hidup mereka.
Contohnya, produsen foto Kodak merupakan penjual kertas foto terbesar di seluruh dunia hingga tahun 1998.
Namun dalam waktu sekitar 3 tahun, mereka harus bangkrut, dan menyebabkan 170.000 pegawai kehilangan pekerjaan.
Hal itu disebabkan gaya hidup milenial yang beralih ke foto digital, sehingga kamera foto dengan model film negatif hilang dari peredaran.
Dalam sebuah buku berjudul "Millenials Kill Everything."
Yang ditulis oleh Yuswohadhy dijelaskan bagaimana milenial akan "membunuh" begitu banyak produk, layanan, industri, teknologi, musik, olahraga, dan banyak lagi lainnya.
Dijelaskan bahwa ada 50 produk, layanan, industri, perilaku, dan lain-lain yang akan terdampak oleh adanya Millenial Disruption, di antaranya: Waktu Kerja “9-to-5”, Tempat Kerja, Pakaian Kerja Formal, Televisi, Grup Lawak, Agen Perjalanan, Album Foto, Kamera, Call Center, SMS, Kartu Kredit, Kebersamaan Keluarga, Mainan Anak, Radio, CD dan Music Download, Perpustakaan, Media Cetak, dan lain-lain.
Di sini tercermin bagaimana kaum milenial menjadi mesin pembunuh berdarah dingin bagi berbagai aspek kehidupan, sehingga semua harus mengikuti alur gaya hidup mereka, kalau tidak akan lenyap.
• Ini Keistimewaan 7 Stafsus Milenial Jokowi, Gaji Rp51 Juta hingga Kerja Tidak Full Time
• Ahok Jadi Komut Pertamina, Sujiwo Tejo Nilai Ada Sejarah yang Landasi Jokowi Tunjuk BTP
Perlu inovasi layanan
Untuk skala nasional, dalam rangka menyongsong era baru yang disebutnya sebagai Indonesia maju, Jokowi melantik 3 orang Milenial dalam Kabinet, dan 7 orang milenial sebagai Staf khusus.
Yang ditunjuk sebagai Menteri dan Wakil Menteri yaitu:
Nadiem Makarim (35 tahun) Pendiri Gojek, sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Angela Hary Tanoesoedibjo (32 tahun) sebagai Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Jerry Sambuaga (34 tahun) sebagai Wakil Menteri Perdagangan.
Sementara 7 orang staf khusus dari kalangan milenial adalah:
Putri Tanjung (usia 23 tahun), pendiri Creativepreneur
Adamas Belva Syah Devara, pendiri Ruang guru
Ayu Kartika Dewa (berusia 36 tahun), perumus Gerakan Sabang Merauke
Angki Yudistia, pendiri ThisAble Enterprise
Billy Mambrasar, Direktur PT Papua Muda Inspiratif Billy Mambrasar
Aminuddin Ma'ruf, mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Indonesia
Andi Taufan Garuda Putra, pemimpin PT Amartha Mikro Fintech.
• Tak Lagi Jadi Staf Khusus Jokowi, ke Mana Perginya Ali Mochtar Ngabalin?
Perlu penguatan IT
Dikarenakan kaum milenial sangat familiar dengan teknologi, maka pola kerja dan layanan pemerintahan juga harus mengarah ke penggunaan IT dan internet sebagai alat utama.
Sehingga kerja berbasis output dan layanan, bukan lagi hadir di kantor untuk setor wajah tapi tidak menyelesaikan tugas sesuai tupoksinya.
Jika tugas dapat diselesaikan dengan teknologi, maka pegawai tidak wajib lagi masuk kantor, tetapi bisa kerja di mana saja.
Dalam konteks ini Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tengah menggodok skema kerja PNS tak wajib ngantor.
Ada sekitar 1.000 PNS yang akan bekerja secara mobile mulai januari 2020.
Ide dan gagasan yang didengungkan oleh Jokowi secara bertahap sudah mulai diimplemetasikan di tingkat nasional, bagaimana dengan ide dan gagasan Abusyik?
Abusyik bukanlah Rambo atau Spiderman yang mampu menyelesaikan masalah sendirian.
Abusyik membutuhkan pada kabinet yang cepat tanggap dan mampu menerjemahkan ide dan gagasannya menjadi program yang prorakyat.
Kabinet itulah yang akan mengeksplor semua keinginan Abusyik tersebut ke dalam program kerja Dinas masing-masing,
Sehingga kejayaan Pidie sebagai salah satu daerah yang memiliki keunggulan di sektor Gle, Blang, Laot, dan sektor lainnya dapat dimaksimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Semoga...
* PENULIS MULYADI NURDIN adalah Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) pada IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.