Staf Khusus Wapres Ma'ruf Amin, Masduki Baidlowi, menceritakan sebelum menjabat posisi strategis yang sekarang ini, dirinya pernah hidup pas-pasan atau di luar zona nyaman.
Hal itu dia rasakan ketika berhenti dari pekerjaannya sebagai wartawan tak lama setelah reformasi di Indonesia.
Saat itu, Masduki masuk ke jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) setelah diajak oleh KH. Hasyim Muzadi pada 1999.
"Tiba-tiba oleh Pak Hashim saya dijadikan Wakil Sekjen. Kaget saya kan', dan Pak Hashim bilang kamu berhenti saja jadi wartawan. Di situlah saya berhenti pada tahun 1999. Dari orang digaji, saat itu redaktur pelaksana kompartemen politik, take home pay-nya sekitar Rp5 jutaan zaman itu, saya dapat mobil," kata Masduki kepada Tribunnews.com, di kantor pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta Pusat.
Meski demikian, istri Masduki siap secara mental dengan kondisi tersebut. Dirinya dan sang istri pun memulai hidup baru dengan membuka toko kecil di dekat rumahya.
"Saya bilang, kamu pokoknya makan dari sini. Selebihnya dari itu, Allah nanti kasih rezeki," katanya.
Secara berkelakar, Masduki selama lima tahun hidup pas-pasan. Hingga akhirnya dirinya menjadi legislator dari PKB pada 2004-2009.
"Selama 5 tahun itu (1999-2004) lumayan hidup pas-pasan terus. Ada orang merasa lihat saya ini kasihan. Ada yang kasih mobil Kijang, yang lama disuruh jual," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Siapa Sosok yang Berperan di Balik Penampilan Berbeda Ma'ruf Amin Setelah Jadi Wakil Presiden?